Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Prolog 2
Prolog 02 - Istriku yang imut menyambutku dengan makanan hangat
Penerjemah : DuJu
Selalu hampir jam 9 malam aku tiba di apartemenku, setelah bekerja paruh waktu di bioskop.
Meskipun sudah beberapa bulan tinggal di sini, aku masih belum terbiasa dengan ketegangan yang kurasakan setelah keluar dari lift di lantai 7 apartemen, yang mana butuh 7 menit berjalan kaki dari Stasiun Ofuna.
Bahkan, aku ragu apakah ini benar-benar nyata.
"Apa seperti ini, ya... Rasanya ketika menang lotre..."
Aku selalu menggumamkan itu setiap berjalan menyusuri koridor menuju pintu kamarku.
Tak terasa, aku tiba di depan pintu kamar 707.
Sebulan yang lalu, biasanya aku membukanya sendiri dengan kunci, tapi sekarang aku membunyikan interkom.
Dengan segera, terdengar suara imut berkata, "Yaa, akan kubukakan pintunya."
Entah mengapa, suara pintu yang dibuka oleh seseorang yang menyambutku terdengat begitu hangat, sedangkan pintu yang kubuka sendiri begitu berat dan dingin.
Hanae Riko dengan pakaian kasual serta celemek, membukakan pintu dan tersenyum malu melihatku.
"Minato-kun, selamat datang kembali...!" [Riko]
"A-aku pulang." [Minato]
"Aku masih sedikit malu dengan pertukaran ini..." [Riko]
"Ah, begitu, ya." [Minato]
Aku menjawab dengan canggung dan Hanae Riko mengambil tas dari tanganku.
Entah mengapa, dia selalu memperlakukanku seperti suami pada Era Showa, walaupun kubilang aku bisa mengurus diriku sendiri, dia tidak mempedulikannya. Dan juga, dia selalu terlihat senang ketika mengambil tasku dan membawanya ke sofa sambil memeluknya dengan kedua tangan.
Aku merasa buruk membiarkannya melakukan itu, tapi karena gesturnya yang lucu jadi aku tak bisa menolaknya.
"Aku sudah memasak makanan. Aku juga sudah menyiapkan kamar mandinya, ingin mandi dulu...?" [Riko]
Lampu-lampu yang menerangi ruangan, aroma sedap yang melayang di udara, dan yang terpenting, senyum Hanae Riko yang pipinya sedikit merona.
Merasakan kehidupan pengantin baru yang bahagia seperti ini, aku ragu kalau ini nyata.
"Minato-kun?" [Riko]
"Ah, ma-maaf. Aku melamun. Makasih karena sudah menyiapkan makanannya. Aku akan makan dulu. Apakah yang kucium ini ayam goreng?" [Minato]
"Ya, itu adalah makanan kesukaan Minato-kun... Aku harap kamu menyukainya." [Riko]
Sambil mengotak-atik celemek dengan jarinya, dia berbicara dengan pelan.
Melihat perilakunya itu, jantungku berdegub semakin kencang.
Apalagi ketika dia bilang, "Aku harap kau menyukainya."...!
Pria mana yang tidak senang mendengar seorang gadis cantik mengatakan hal itu? Tidak mungkin ada.
...Tapi, ada yang aneh.
"Apa aku pernah bilang kalau aku suka ayam goreng?" [Minato]
"......! Pe-pernah... Kurasa..." [Riko]
Hanae Riko mengalihkan pandangannya, entah mengapa dia terlihat panik.
Aku tidak pandai berbicara tentang diriku sendiri, jadi menjelaskan aku suka atau tidak, itu cukup menjadi rintangan bagiku.
Tapi fakta bahwa Hanae Riko tahu tentang itu, berarti aku pasti pernah menyebutkannya secara tidak sengaja saat mengobrol.
Beberapa kali dalam sebulan terakhir ini, tak seperti biasanya aku berbicara banyak untuk mencegah percakapan mati, jadi aku tidak terlalu terkejut.
Tapi tak kusangka dia bisa ingat makanan favoritku hanya dari obrolan seperti itu.
Sejujurnya, aku sangat senang.
Aku sangat ingin berterima kasih padanya, sampai-sampai aku tidak sadar bahwa aku telah melamun sejak tadi.
Hanae Riko dengan lembut mengikutiku dari belakang menuju ruang tamu.
Suara hentakan sandalnya membuatku sadar betapa kecil langkah kakinya.
Aku tak bisa bilang padanya kalau cara dia mengikutiku mengingatkanku pada seekor anjing kecil.
Seperti Chihuahua atau Toy Poodle.
Karena aku tak berani untuk berbalik dan berbicara, jadi aku hanya membuka pintu ruang tamu tanpa berterima kasih padanya.
Hawa hangat terasa menyelimutiku lebih lembut daripada saat aku baru masuk ke rumah.
Ah, kebahagiaan ini terlalu berlebihan bagi seorang anak SMA yang sederhana, tak terkenal, dan tak mencolok sepertiku...!
Hanae Riko, yang masih memeluk tasku, menatapku yang masih berdiri di depan pintu.
"...Apa kamu berpikir, 'ini pasti tidak nyata' lagi...?" [Riko]
Aku tidak ingin berbohong, jadi aku mengangguk. Lalu Hanae Riko sedikit menggembungkan pipinya.
"Mo~... Aku heran, kapan suamiku akan benar-benar mengenaliku sebagai istrinya..." [Riko]
Aku berdebar melihat wajah cemberutnya yang terlalu imut.
Ya, mau bagaimana lagi, karena semua yang terjadi dari hari ketika aku menerima lamaran yang luar biasa hingga hari ini, terasa seperti mimpi.
Seketika ingatan tentang hari itu, yang memicu semua ini, muncul kembali di pikiranku.
Hari itu, bulan Januari tahun ini, aku dilamar olehnya.
0 Komentar