Chapter 04 - Sudah Terasa Manis di Hari Pertama

Penerjemah : Duju


    "Bisakah kau tenang?" [Taishi]

    "Y-ya..., maafkan aku..."

    Gadis berambut merah kecokelatan itu takut dan menyusut.
    Karena suasana di tempat latihan saat ini tidak enak, kami pun pindah ke bar Guild.
    Gadis itu duduk dan dengan lembut meminum jus buah (yang kubeli tentunya).

    "Jadi, ada apa? Tenang dan ceritakan padaku." [Taishi]

    "Etto... Aku [watashi] baru saja menjadi petualang belum lama ini, tapi aku terlalu takut untuk berburu monster sendirian. Namun, ketika aku mencoba bergabung dengan beberapa party..." [Gadis Merah-cokelat]

    Gadis itu terlihat sulit menjelaskannya.
    Tapi, sepertinya aku mengerti.

    "Itu sulit, bukan?" [Taishi]

    "Ya... Walau ada beberapa orang yang membolehkanku bergabung..." [Gadis Merah-cokelat]

    "Tapi mereka punya niat tersembunyi?" [Taishi]

    "Ya, untungnya aku bisa lolos begitu saja." [Gadis Merah-cokelat]

    Gadis itu menjawab setiap perkataanku.
    Yah, dia terlihat sangat manis. Setiap pria yang melihatnya pasti memiliki satu atau dua niat tersembunyi dalam pikiran mereka.
    Apalagi, dia terlihat lemah. Lalu, ingin keluar kota dengan orang yang tak dikenal?
    Mungkin dia bisa sedikit melawan karena dia adalah seorang petualang, tapi itu akan percuma jika melawan banyak orang.

    "Lalu kenapa aku? Aku senang kau mengundangku, tapi aku juga laki-laki, aku mungkin akan menyerangmu, loh." [Taishi]

    Maksudku, mungkin dia baik-baik saja sampai sekarang. Bagaimana dengan nanti?
    Dan dia terlihat seperti gadis yang mudah ditipu lalu dibuang begitu saja.

    "Tidak masalah! Aku sangat tajam dalam hal-hal seperti ini! Dan juga, orang yang benar-benar ingin melakukan itu, tidak akan mengatakan itu." [Gadis Merah-cokelat]

    Dan kau mengatakan itu di depan orangnya?

    "T-terimakasih atas kepercayaanmu. Tapi aku masih tidak mempercayaimu." [Taishi]

    Aku juga mengharapkan dapat teman (di dunia ini), sih. Tapi ini terlalu berjalan lancar, bukan? Bukankah ini seperti alur perkembangan Cerita Eroge? [*uhuk semacam visual novel kek galge, okeh...]
    Aw, dia terlihat panik dan tiba-tiba seseorang datang membantu.

    "Tidak apa-apa untuk mempercayai anak itu. Aku jamin itu."

    Itu adalah Uz, Ossan Resepsionis, yang memberikan bantuan.
    Mungkin shiftnya telah habis, dia duduk di tempat yang sama dengan kami dan memesan ale.
    Bisakah aku mempercayainya jika salah satu Staff Guild menjaminnya?

    "Aku paham, tapi mengapa aku? Aku butuh penjelasan." [Taishi]

    "Yah, kamu hebat dalam seni pedang dan tongkat, dan juga bisa menggunakan sihir, kan? Aku juga menonton pertandinganmu tadi siang dan itu menakjubkan ketika kamu bertarung seri melawan beberapa peringkat C sekaligus. Jika itu adalah seorang pemula sepertiku, pasti langsung kalah dalam hitungan detik." [Gadis Merah-cokelat]

    Begitukah? Aku memandang Uz dan dia mengangguk.

    "Walaupun kau pengguna sihir, normalnya tidak butuh lebih dari sepuluh detik untuk gugur. Sangat jarang ada orang yang cekatan dan pandai dengan pedang dan sihir sepertimu. Banyak yang menginginkan orang seperti itu." [Uz]

    Begitu.
    Aku baru level 2 dan aku sudah seluar biasa itu?
    Sepertinya aku harus mengontrol diri agar tidak berlebihan, ini akan merepotkanku nanti.

    "Aku mengerti, maaf meragukanmu. Aku sedikit waspada karena aku berasal dari pedesaan dan tidak tahu hal-hal normal di sini. Aku Taishi, senang bertemu denganmu." [Taishi]

    Mendengar itu, dia menjabat tanganku dengan senyum ceria.

    "Aku Marl, senang bertemu denganmu juga!" [Marl]

    Senang rasanya melihat dia tersenyum.
    Melihat itu, Uz-ossan pindah ke tempat lain.
    Dia bisa membaca suasana rupanya.

    "Ngomong-ngomong, kamu tinggal dimana Taishi-san? Kalau aku tinggal di penginapan dekat sini." [Marl]

    "Aku menginap di Kasur Emas Berpijar di dekat alun-alun. Uz-ossan yang memperkenalkannya padaku. Hanya 2 tembaga besar dan 5 tembaga per malam ditambah sarapan. Dan kalau makan di waktu lain, dengan 3 tembaga kau bisa dapat 1 porsi ekstra sup dan roti. Kau pasti akan puas dengan ukuran dan kualitasnya." [Taishi]

    "Mm, biaya penginapannya lebih mahal, tapi makanannya lebih murah... Bagaimana kamarnya?" [Marl]

    "Bagus. Kasurnya bersih, pintunya dapat dikunci, dan ukurannya juga lumayan." [Taishi]

    "Hmm, kalau begitu aku akan menginap di sana mulai besok. Bisakah kamu menunjukkannya?" [Marl]

    "Oke, akan kutunjukkan. Apa rencanamu besok? Besok pagi, aku ingin pergi membeli beberapa keperluan sehari-hari lalu melihat permintaan di Guild." [Taishi]

    "Kalau boleh, aku ingin ikut denganmu, aku juga bisa memandumu ke berbagai toko, loh." [Marl]

    "Begitukah? Kalau begitu akan kuterima tawaranmu. Sejujurnya, aku khawatir jika berjalan sendiri." [Taishi]

    "Orang sehebat Taishi-san, pasti bajingan manapun akan langsung K.O." [Marl]

    "Jangan terlalu banyak memujiku." [Taishi]


    Itu membuatku merasa malu jika kau melihatku dengan mata berkilau seperti itu.
    Pertama-tama, kemampuan ini adalah cheat.
    Bukan dari kerja kerasku.

    "Lalu apa yang ingin kamu lakukan setelah ini?" [Marl]

    "Hmm, hari akan segera berakhir, ya? Aku berpikir untuk melakukan kegiatan sedikit lagi sebelum istirahat. Jadi sebelum itu, apakah ada tempat pemandian atau semacamnya di sekitar sini?" [Taishi]

    Ngomong-ngomong, sepertinya di penginapan tidak memiliki kamar mandi.

    "Ada satu, tapi itu berada di distrik utara dan diperuntukkan untuk orang-orang kaya. Tentu petualang seperti kita malah akan langsung diusir." [Marl]

    "Oalah, aku ingin membeli handuk dan pakaian cadangan dulu, deh." [Taishi]

    "Mereka juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari para petualang juga di konter Guild" [Marl]

    Seriusan? Guild Petualang sangat nyaman.
    Dengan begitu, aku segera membeli handuk yang murah, celana dalam, sabund, dan barang-barang lainnya di konter Guild.
    Dan total harganya adalah 3 tembaga besar. Ternyata sabunnya mahal.

    Setelah itu, aku pergi berlatih lagi.
    Kali ini latihan pedang.
    Akan sulit jika melawan musuh yang terlalu dekat menggunakan quarterstaff.
    Begitu juga bila berada di tempat yang sempit seperti di gua.

    "Marl, senjata apa yang kau gunakan?" [Taishi]

    Aku bertanya pada Marl yang mengawasiku berlatih di dekat sini.
    Marl dengan gelisah mengalihkan pandangannya.

    "Etto..., pedang?" [Marl]

    "Kenapa kau malah bertanya?! Coba kau gunakan pedang kayu ini sebentar, aku ingin melihat bagaimana kau menggunakannya." [Taishi]

    Perasaanku tidak enak.
    Marl memegang pedang kayunya dan mengacungkannya padaku.
    Tapi pinggangnya kaku dan kuda-kudanya penuh dengan celah.

    "Sekarang, coba serang aku?" [Taishi]

    "Y-ya! YAAA!!" [Marl]

    Dia lebih cepat dari yang kubayangkan.
    Namun, dia ragu saat mengayunkan pedangnya. Karena itu, kecepatan pedangnya lambat.
    Dengan mudah aku menghindar dan memukul bahunya dengan pedang kayu.

    "Aw." [Marl]

    "Pinggangmu terlalu kaku! Cepat serang aku lagi!" [Taishi]

    "Uu, WAAA!" [Marl]

    Kali ini, dia menusuk dan mengayunkan pedangnya dengan membabi buta.
    Oi, oi, matamu tertutup. Aku menghindar ke samping dan mengaitkan kakinya.
    Dan dia terjatuh.

    "...Okelah, lupakan saja pembicaraan kita sebelumnya!" [Taishi]

    "Tunggu, tunggu, tunggu kumohon!! Jangan tinggalkan aku!" [Marl]

    Marl membuang pedang kayunya dan menempel pada kakiku.
    Agak menyakitkan rasanya mengatakan ini pada seorang gadis yang menangis, tapi mau bagaimana lagi.

    "Hei, aku tidak bisa berjalan. Menyerahlah menjadi seorang petualang dan pulanglah ke rumah!" [Taishi]

    "Uwaa! Kamu jahat! Kamu begitu baik padaku sebelumnya, tapi sekarang kamu mau meninggalkan?!" [Marl]

    Sial, dan sekarang tempat latihan menjadi kacau.
    Orang-orang yang melihat situasi ini sekarang melihatku sebagai orang mesum.
    Para wanita menatapku seperti melihat sampah.
    Dan para pria yang melihat penampilan Marl, mengirimkan tatapan membunuhnya kepadaku.

    Kepalaku pusing.

    Sambil menggertakkan gigi, aku menahan diri untuk tidak memukul kepalanya.
    Aku menarik kerah belakang Marl dan membuatnya berdiri.
    Tinggi Marl sekitar 150 cm. Sedangkan aku sekitar 175 cm, tinggi badan kami berbeda seukuran kepala.

    "Dengar Marl, aku bisa menggunakan pedang, tongkat, dan sihir. Mungkin aku baru memulai karirku sebagai petualang hari ini, tapi aku akan terus berkembang. Mau tidak mau, perjalananku akan semakin berbahaya, paham?" [Taishi]

    Marl mengangguk dengan wajah menangis.
    Ugh, menggunakan serangan mental itu curang, Marl.

    "jika saat itu tiba, bisakah kau melindungi dirimu sendiri? Maaf saja, aku tidak cukup kuat untuk membawa seseorang yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri." [Taishi]

    "I-itu..." [Marl]

    "Dan juga, seorang partner harus saling membantu. Jika aku dapat menjamin keselamatanmu, apa yang bisa kau lakukan untukku?" [Taishi]

    "Mem-membawa barang-barang." [Marl]

    Aku menaruh quarterstaff ke dalam inventori di depan mata Marl lalu mengeluarkan set petualang dan memasukkannya kembali.
    Beberapa petualang yang melihat ini bertepuk tangan, tapi bukan saatnya memikirkan itu.

    "Seperti yang kau lihat, aku bisa menggunakan Treasure Box. Aku tidak perlu pembawa barang." [Taishi]

    "Kalau begitu, aku akan melakukan pekerjaan sehari-hari." [Marl]

    "Apakah menurutmu layak, mendapat bagian hadiah dari menaklukkan monster hanya dengan melakukan pekerjaan sehari-hari?" [Taishi]

    Marl terdiam mendengar kata-kataku.
    Kalian mengerti itu, kan? Jumlah tatapan panas dan hina mulai berkurang di sekitarku.
    Sepertinya omonganku berhasil.

    "Lalu, aku- *bergumam*..." [Marl]

    "Aku?" [Taishi]

    Karena tidak bisa mendengarnya, aku bertanya.
    Aku seharusnya tidak bertanya kepadanya dan langsung pergi saja.
    Marl mengepalkan tangannya dan menatap wajahku.

    "Lalu jika Taishi-san menjamin keselamatanku, aku akan memeberikan Taishi-san segalanya dariku!!!" [Marl]

    Kemudian, semua petualang senior di sekitarku mengambil pedang kayu dan menghampiriku.
    Cukup sudah, gadis ini.


------------


    Tiga puluh menit setelah pernyataan mengejutkan itu, aku meletakkan kepalaku di atas meja konter Guild.
    Aahhh, terserah.
    Lakukanlah apapun yang kau mau.

    "Ku, kuku...daahahahaha!"

    Uz-ossan memukul punggungku sambil tertawa kencang.
    Orang tua ini... Akan kubuat kau menangis suatu hari nanti.
    Marl, yang menyebabkan semua ini, pergi ke penginapannya di dekat sini.
    Dia bilang, dia akan berkemas dan pindah ke penginapan tempatku menginap.
    Kalau aku? Aku menerima cinta dari kakak-kakak senior dengan senyuman setelah Marl membuat pernyataan itu.

    "Kau sudah menjadi terkenal di Guild, ya... Memiliki bunga indah sebagai partner membuatmu semangat, bukan?" [Uz]

    "Itu menjadi beban buatku." [Taishi]

    "Kau bilang beban? Gadis itu cukup bagus, kau tahu?!" [Uz]

    "Dia bahkan tidak bisa menggunakan pedang dengan benar? Apa dia bisa menggunakan sihir?" [Taishi]

    Kuyakin tidak.

    "Memang dalam pertempuran dia tidak berpengalaman, tapi dia pintar dan ahli dalam berpikir." [Uz]

    Begitukah.
    Jika dia tidak cocok untuk bertarung, mengapa tidak menjadi informan atau konselor saja?

    "Maaf sudah membuatmu menunggu!"

    *Pam* Marl datang membuka pintu Guild dengan penuh semangat.
    Aahh, energik sekali dia.

    "Ayo, ini berat, tahu." [Marl]

    Aku dengan patuh berdiri dan mengambil barang bawaannya.
    Sangat berat.
    Kenapa tas wanita begitu berat dan banyak?

    "Ayo." [Taishi]

    "Y-ya!" [Marl]

    Marl tersenyum dan mengikutiku dari belakang.
    Aku bisa mendengar orang-orang bersorak dari belakangku, tapi kuabaikan itu.
    Lagipula, aku tidak ingin terus berada di sini.

    Bagaimana aku mengatakannya, ya? Aku merasa seperti bermain catur dan telah terpojok.

    Ketika kami keluar dari Guild, matahari mulai terbenam dan langit mulai gelap.
    Menandakan perdagangan telah berakhir dan waktunya menutup toko.
    Bar-bar dengan lampu yang terang menarik perhatian pria yang lewat.

    Aku dan Marl berjalan dalam suasana ini.
    Wajah apa yang aku perlihatkan sekarang, ya?
    Pelan-pelan aku mengintip wajah Marl yang berjalan di sampingku, dan mata kami bertemu.
    Pipinya sedikit memerah dan aku pun tertawa sambil tersenyum malu.

    Sial. Dia sangat imut.

    Karena tidak memiliki hal yang dapat dibicarakan, kami hanya terdiam dan terus berjalan ingga sampai di Penginapan Kasur Emas Berpijar.

    "Selamat datang kembali."

    Ketika kami masuk, pemilik penginapan menyapaku. Melihat Marl di sampingku, dia membuat ekspresi "Oh?" di wajahnya.
    Marl maju untuk memesan kamar sepertinya.
    Aku pun menurunkan barang bawaannya ke lantai.

    "Mulai hari ini, aku milik Taishi-san! Jadi‒" [Marl]

    "Apa yang kau katakan?!" [Taishi]

    "Sakit, sakit, sakit, sakit, tahu!" [Marl]

    Aku merauk kepala Marl dari belakang dan mengencangkannya dengan kuat.
    Aku tidak boleh membiarkan orang ini mengendalikan percakapan. Akan kuingat itu.

    "Pak pemilik, maaf tiba-tiba, dia ingin tinggal di sini mulai sekarang, jadi tolong carikan kamar un‒" [Taishi]

    "Ah, aku ingin sekamar dengan Taishi-sa‒ Aa, sakit, sakit!" [Marl]

    "Untuknya." [Taishi]

    "...Umm, apakah tidak apa-apa kamar terpisah? Kami juga ada kamar untuk dua orang, sih." [Ossan Penginapan]

    "Ya, kamar un‒! Ini benar-benar sakit! Hentikan! Kepalaku nanti retak...!" [Marl]

    "Kamar terpisah tidak apa-apa! Kami akan pergi makan malam, jadi tolong bawakan barang-barang ini ke kamarnya. Kami pergi dulu!" [Taishi]

    Sambil merauk kepala Marl, aku menyeretnya ke ruang makan.
    Meskipun kami menjadi pusat perhatian, aku tidak peduli.

    "Uu, sakit... Kejam sekali." [Marl]

    "Ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu... Pina! Tolong 2 porsi!" [Taishi]

    Pina, yang sedang sibuk, merespon dengan "Aiyo!!" dan pergi ke dapur.
    Marl melihatnya dengan penuh minat.

    "Sekarang, katakanlah semua rencanamu dengan jujur! Kenapa aku? Masih ada banyak orang yang lebih kuat dariku." [Taishi]

    Uz-ossan bilang, dia percaya pada Marl, tapi tidak denganku.
    Entah mengapa, aku merasa dia menyembunyikan sesuatu.

    "Taishi-san bukan mantan ksatria atau tentara bayaran, kan?" [Marl]

    "Itu benar, tapi jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan." [Taishi]

    "Etto, walau belum berpengalaman tapi kamu sudah sekuat ini. Siapapun yang melihatmu, pasti takjub! Jadi kupikir itu normal, jika aku memilihmu!" [Marl]

    Bagiku yang masih belum tahu tentang hal-hal normal di dunia ini, tidak bisa setuju ataupun tidak pada pernyataannya.
    Walaupun menurutku ini memang tidak masuk akal, tapi maksudku, INI KAN DUNIA LAIN.

    "Lalu, apa maksudmu bilang akan memberikan segala yang kau miliki kepadaku sebagai imbalan? Apa itu normal? Dimana akal sehatmu? Apa kau tahu apa yang dipikirkan seorang pria, jika gadis muda sepertimu mengatakan itu? Aku sudah bilang padamu di tempat latihan, kan? AKU JUGA SEORANG PRIA!!!" [Taishi]

    "Jika berkat Taishi-san aku bisa menjadi seorang petualang, maka Taishi-san boleh menikmati tubuhku sesuka hati setiap hari. Saling menguntungkan, bukan?" [Marl]

    "Apa kau tidak tahu malu? Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu." [Taishi]

    Tiba-tiba Pina datang dan meletakkan hidangan ke meja sambil berkata "Santai saja~" lalu pergi.
    Marl terdiam.

    "Sebagai catatan, aku belum mengatakan ini kepada siapapun selain Taishi-san, aku masih perawan, loh!" [Marl]

    "Diam!!!" [Taishi]

    Aku berteriak pada, sambil meremas garpu yang sudah terlilit pasta.
    Aku mulai emosi.

    "Kenapa kau segitu inginnya menjadi petualang? Bahkan sampai rela menjual tubuhmu, ceritakanlah alasanmu atau aku tidak bisa mempercayaimu." [Taishi]

    Ngomong-ngomong, hidangan sekarang adalah pasta Neapolitan dan sup dengan salad.
    Minumannya adalah sesuatu yang belum pernah kurasakan.
    Rasanya tidak terlalu pahit dan memiliki aroma buah yang harum.
    Aku belum pernah minum alkohol di duniaku sebelumnya, jadi apakah ini minuman keras? Aku rasa ada alkohol di dalamnya.

    "Sebenarnya aku adalah seorang putri dari sebuah negara yang agak jauh dari sini. " [Marl]

    "Hee~" [Taishi]

    Aku menanggapinya sambil memasukkan salad ke dalam mulutku.

    "Aku memasuki usia menikah 2 tahun yang lalu, karena itu mulai ada pembicaraan tentang pertunangan untukku. Tapi ternyata, tunanganku adalah seorang pangeran busuk dari negara tetangga, yang terkenal dengan ketampanannya tapi kepribadiaannya sangatlah buruk." [Marl]

    "Ho... Lalu karena kau tidak menyukai pria itu, kau kabur dari kastil dan berusaha menjadi petualang yang kau impikan, ya?" [Taishi]

    Ini adalah cerita yang umum.
    Sudah kutebak alurnya.

    "Bagaimana kamu mengetahuinya Taishi-san! Mungkinkah, itu kekuatan seorang petualang! Tapi biar kukatakan lebih lanjut, aku tidak ingin kembali, jadi aku ingin bersama Taishi-san yang terlihat menjanjikan di masa depan dan membangun kehidupan yang mapan!" [Marl]

    "Kau melewatkan beberapa hal, kan?! Dan kalau kau benar-benar seorang putri seperti yang kau katakan, jika aku meletakkan tangan padamu, bisa tamat hidupku!" [Taishi]

    "Tak perlu dipikirkan, bukankah ini mirip seperti yang ada di cerita? Seorang petualang menikah dengan seorang putri dan menjadi raja di akhir perjalannya." [Marl]

    "Tapi langsung dapat di kota pertama pada hari pertama, aku tidak pernah mendengar itu!" [Taishi]

    Aku berteriak sambil membanting cangkir kosong ke meja.
    Yaa, jujur saja, bukannya aku tidak puas dengan Marl.
    Matanya yang tajam penuh tekad, rambut halus dengan kunciran ekor kuda berwarna gelap, dan tubuh yang lebih kecil dariku dengan dada yang sederhana.
    Serta kepribadiannya yang supel
    Semua hal itu merupakan tipe idamanku.

     "Lalu bagian mana yang kamu tidak puas denganku?! Aku yakin aku sangat cantik!" [Marl]

    "Ini pertama kalinya kulihat seorang memuji dirinya sendiri cantik!" [Taishi]

    Memangnya kau ini ‘Sērā Senshin’? [ini merujuk ke Bishōjo Senshi Sērā Mūn, ya~ alias Sailor Moon]
    Marl yang telah menghabiskan pasta, memesan sesuatu ke Pina.
    Pina membuat wajah terkejut, tetapi ketika Marl berbisik, dia menyeringai dan kembali ke konter.
    Apa? Apa yang dia ucapkan?

    "Pokoknya, kau tidak bisa menjadi seorang petualang bahkan dengan alasan seperti itu, kau pasti akan mati. Pulanglah, kau memiliki keluarga yang menunggumu di rumah." [Taishi]

    "Aku tidak akan kembali, setidaknya dalam 3 tahun ini. Karena 3 tahun lagi, adikku memasuki usia menikah dan dia bisa menjadi pengorbanan untuk Pangeran Sampah itu, menggantikan aku." [Marl]

    "Kau lebih buruk dari yang kukira!!!" [Taishi]

    Marl mengatakan itu dengan wajah datar.
    Sementara itu, Pina datang dan meletakkan sebotol minuman yang mirip dengan minuman keras.
    Sebotol air berwarna merah muda transparan. Baunya manis.

    "Yah, coba ini dulu sedikit!" [Marl]

    Marl menyuruhku mencicipi minuman itu, jadi aku memintanya untuk menuangkannya untukku.
    Baunya seperti alkohol, tapi sangat mudah diminum.
    Rasanya manis, ini lebih mirip jus daripada minuman keras.

    "Apa ini? Mudah diminum." [Taishi]

    "Itu minuman keras yang disebut 'Nektar'. Ya, kan?" [Marl]

    Marl memberi tahuku sambil tersenyum lucu.
    Jika kau jadi tenang dan tersenyum seperti itu, kau terlihat lebih manis.
    Sial, kau sangat curang.

    "Tak peduli apapun, aku tidak akan menyentuhmu dan tidak akan bekerja sama denganmu. Dan lain kali jangan lakukan ini, kau akan mengalami kesulitan nanti." [Taishi]

    "Lakukan apa?" [Marl]

    "Hal seperti ini, yang kau lakukan, makan dan minum bersama pria hingga mabuk. Kau akan menyesal jika sesuatu yang mengerikan terjadi." [Taishi]

    Hmm, cangkirnya sudah kosong tanpa kusadari.
    Dan ketika aku ingin mengisinya lagi, Marl sudah melakukan itu untukku.
    Wajahnya penuh dengan senyuman. Apa maksudnya, ya?

    "Taishi-san, kamu sangat plin-plan." [Marl]

    "Hah?" [Taishi]

    "Walaupun kamu tidak ramah tetapi kamu khawati padaku. Dan juga, cara berpikir dan penampilanmu lebih dewasa dariku, tapi entah bagaimana kamu memiliki sisi kekanak-kanakan juga." [Marl]

    Aku tidak tahu dia memujiku atau tidak.
    Tapi nektar ini sungguh enak.

    "Tapi menurutku, Taishi-san jauh lebih mengkhawatirkan, bukan?" [Marl]

    "Bagian mana?" [Taishi]

    "Bagian dimana kamu mengatakan kepadaku untuk berhati-hati, tetapi kamu sendiri tidak." [Marl]

    "Hah?" [Taishi]

    Tiba-tiba penglihatanku mengabur.
    Kepalaku berguncang karena rasa mabuk yang mengerikan.

    "Thi-tidhak myungkin." [Taishi]

    "Tidak apa-apa, hitung saja noda di langit-langit dan ini akan segera berakhir! Jangan takut!" [Marl]

    Nada ceria Marl begitu mempesona.
    Ternyata nektar ini bukan minuman keras biasa, tapi bisa memberikan efek semacam ini juga.

    "Kh-kau telwah mehrenchanakan inhi..." [Taishi]

    Aku tidak dapat berbicara normal, pandanganku mulai berputar.
    Marl memanggil Pina dan mengacungkan jempol.
    Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi kulihat Pina menyeringai lebar, MEREKA BEKERJA SAMA!
    Petualang di sekitar juga mulai bersorak gembira.
    Hei, hentikan bodoh. Pemerkosaan adalah kejahatan, tahu!

    "Khalwian, akhan kuh ingwat ini..." [Taishi]

    Aku sudah tidak memiliki kekuatan.
    Marl dengan senyum lebar mengangkat tubuh bagian atasku dan Pina mengangkat kakiku.
    Lalu aku dibawa keluar dari ruang makan seperti itu.
    Di tengah perjalanan, aku melirik pemilik penginapan.

    "Tho-tolhong akhu!" [Taishi]

    "Akan kutambahkan seprei baru ke dalam tagihan." [Ossan Penginapan]

    Bahkan, kau juga!
    Setidaknya tolong hentikan Marl, lah! Apakah penginapan ini mendukung pemerkosaan?!

    "Jika kamu benar-benar membencinya, aku tidak akan melakukan ini. Tapi mendengar percakapan kalian berdua, aku merasa kesal, tahu? Kamu tidak jujur, Onii-san" [Pina]

    Pina yang membawa kakiku, berbicara.
    Memang benar, aku suka Marl. Tapi bukan itu masalahnya!
    Aku mencoba melawan sekuat tenaga, tetapi aku hanya bisa bergerak sedikit.

    "Kalau begitu, semoga waktumu menyenangkan." [Pina]

    Pina melambai dan keluar dari kamar setelah mereka melemparku ke tempat tidur.
    Yang tersisa di kamar sekarang hanyalah aku dan Marl yang tersenyum lebar sambil memegang sebotol nektar.
    Dengan begitu, sebotol nektar masuk ke dalam mulutku dan aku hilang kesadaran.


------------


    Aku membuka mata.
    Plafon yang asing.
    Oh iya, aku sedang berada di penginapan.
    Tapi, kapan aku tidur?

    "Nyuu..."

    Aku mendengar suara tepat di sampingku.
    Sesuatu yang hangat melingkari lenganku.
    Seorang gadis dengan rambut merah kecokelatan tidur dengan wajah bahagia di sampingku.
    Dan dia memeluk lenganku.
    Nyaman rasanya, kulitnya yang hangat menyentuh kulitku.

    Eh, nyaman?

    "!?!?!?" [Taishi]

    Aku bangun.
    Hanya ada selimut tipis yang menutupi kami.
    Dan di balik itu, aku bersama seorang gadis, tidak mengenakan apapun.


    Dan, ada noda merah di kasur...

    "Uhuhuhu, selamat pagi. Taishi-san🎵" [Marl]

    "Tidaaaaakkkkkk!!!" [Taishi]

    Tamat sudah.



---------------------------------

    Catatan Penulis :

    Jujur, itu layak dibilang licik.


    Catatan Penerjemah :

    Yup, seperti kata Paman Uz, cewek yang cerdik atau lebih tepatnya licik, ya?




<<  ==  >>

 

0 Komentar