Chapter 29 - Malam kami berdua (2)

Penerjemah : DuJu

    Riko menyukaiku...?!!

    "Aku merasa ada yang aneh selama karyawisata kemarin. Jadi aku mengamati sikapnya, dan itu menjadi terlihat sangat jelas. Riko-hime berkali-kali menatapmu setiap hari. Dan lagi, dengan wajah seorang gadis yang jelas sedang jatuh cinta! Sial, ini sungguh menyedihkan! Aku sangat senang karena kupikir dia melihatku karena dia menyukaiku. Tapi ternyata bukan aku yang dia lihat, tetapi kau, Niiyama, yang ada di sebelahku... Kenyataannya mengerikan, bukan?... huhuhu..." [Sawa]

    "Hentikan tangisan menyedihkanmu itu." [Minato]

    "Bacot! Kau pria populer..." [Sawa]

    "Hey, kau itu salah paham Sawa. Dia itu sudah memiliki orang yang dia su‒‒" [Minato]

    Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, aku buru-buru menutup mulutku.

    Apa kau bodoh?
    Apa kau bermaksud mengumbar fakta bahwa Riko sudah memiliki orang yang disukainya?

    "Bu-bukan, bukan apa-apa." [Minato]

    "Lihat, kan? Kau tak bisa menyangkal intuisiku, bukan?" [Sawa]

    "... Hei, Sawa. Siapa lagi yang kau ceritakan tentang itu?" [Minato]

    "Belum ada." [Sawa]

    "Belum, ya. Kalau begitu, diamlah." [Minato]

    "Eh, kenapa? Kau adalah bintang harapan bagi kami anak-anak laki yang standar. Jadi, ayo kita sebarkan fakta ini secara diam-diam untuk menghibur kita semua." [Sawa]

    Itu strategi yang tidak buruk, tapi itu adalah ide yang terburuk.

    "Itu akan buruk bagi Hanae-san, kau tahu...!" [Minato]

    "Kenapa? Aku bukan mencoba bermaksud menyebarkan rumor yang buruk. Tapi jika ada desas-desus yang menyebar lebih dulu, mungkin akan lebih mudah bagi Riko-hime untuk mengakui perasaannya." [Sawa]

    Tak peduli apapun alasannya.
    Tak peduli juga bagaimana kau memikirkannya, itu akan menjadi bumerang dan malah membuat keadaan kami menjadi canggung.
    Dan memang bukan hakku mengatakan ini, tapi jika saja Sawa sedikit mengurangi sifatnya yang seperti ini, mungkin dia takkan kesulitan untuk mendekati para gadis.

    "Hei, Niiyama. Kalau kau sudah berpacaran dengan Riko-hime, tolong perkenalkan teman imutnya kepadaku!" [Sawa]

    Melihat Sawa yang memohon sambil mengatupkan kedua tangannya, aku mengangkat alisku.

    "Jadi, dari awal itu tujuanmu, bukan?" [Minato]

    "Hehe, ketahuan, deh." [Sawa]

    "Sudah kubilang, Hanae-san tetap tak mungkin berpacaran denganku bahkan jika kau menyebarkan desas-desus aneh itu, Sawa." [Minato]

    "Kenapa kau bilang begitu?" [Sawa]

    "Itu karena......" [Minato]

    Riko sudah memiliki orang yang dia suka.
    Jika aku mengatakan itu, aku akan kena masalah.

    Tapi, jika aku tak bisa meyakinkan Sawa, dia bisa benar-benar menyebarkan rumornya.
    Dan jika itu terjadi, Riko akan berada dalam banyak masalah.
    Karena itu, bagaimanapun caranya, aku harus bisa mencegahnya.

    ... Tapi bagaimana?

    Aku memikirkan itu selama beberapa detik, dan kemudian muncul sebuah ide yang rumit di benakku.

    ... Ini sulit, tapi aku tak bisa memikirkan ide lain...
    Tapi kuharapkan saat ini, aku bisa menghentikan Sawa...

    Baiklah‒‒
    Aku sudah memutuskannya, dan aku meletakkan tanganku di bahu Sawa.

    "Sawa, dengarkan aku baik-baik. Aku tak bisa berpacaran dengan Hanae-san. Ini adalah pertama kalinya aku memberitahumu, tapi... aku sudah punya orang yang kusukai!" [Minato]

    "Eh? Ee... eeeeeeeeeee?!!" [Sawa]

    "Jadi, jika Hanae-san menyukaiku seperti yang kau katakan, aku tetap tak bisa berpacaran dengannya. Jadi tolong jangan sebarkan desas-desus bahwa dia mungkin menyukaiku. Aku tak bisa menjawab perasaannya, dan akan buruk, bukan? Jika semua orang tahu tentang itu." [Minato]

    "I-itu... Itu benar juga, ya." [Sawa]

    Meskipun Sawa tak ahli dalam hal asmara, sepertinya dia mengerti dengan penjelasanku.

    "... Tapi, apa kau serius? Membuang Hanae-san, itu sayang banget, loh!" [Sawa]

    Dia tak akan pernah menembakku, jadi aku pun tak menolak ataupun membuangnya.

    "Mengagumi seorang gadis cantik itu bukan berarti mencintainya. Kau pasti akan mengerti ketika kau jatuh cinta." [Minato]

    "... Be-begitu, ya?" [Sawa]

    "Ya, karena itu, jangan coba-coba menyebarkan rumor itu. Paham?" [Minato]

    "... Oke, lagipula aku tak ingin menyakiti Riko-hime. Tapi, kau mempunyai orang yang kau suka, ya... Apalagi, itu adalah cinta yang sangat serius sampai-sampai kau tak berubah pikiran walaupun ada seorang gadis cantik yang menyukaimu..." [Sawa]

    "Haha..." [Minato]

    Aku senang, Sawa merupakan orang yang lugu.
    Karena dengan begitu, masalah pun terselesaikan.

    Aku menghela napas karena lega, tapi entah kenapa aku merasa seperti ada suatu hal penting yang kulupakan.

    Eh...?
    Bukannya aku punya satu masalah lagi, ya...?

    Ah, benar!!!
    Malam ini!!!

    Untuk sementara waktu, aku benar-benar lupa kalau aku harus mempersiapkan mentalku untuk malam ini.

    Buru-buru aku melihat langit di luar jendela, awan mulai terlihat berwarna hitam.
    Angin sedikit ricuh, membuat pohon-pohon besar di taman sekolah bergetar.

    ...... Sepertinya sesuai dengan perkiraan cuaca.

    Aku menatap lurus awan tebal dan merenung dengan perasaan yang bercampur aduk.


------------


    Tak peduli hatiku siap atau tidak, waktu akan terus berjalan.

    "Aku tak ada pekerjaan paruh waktu hari ini...!" [Minato]

    Aku menjedotkan dahiku ke dinding lift apartemen.

    Bukannya aku tak suka...!
    Hanya saja aku merasa kacau karena perasaan cemas, gugup, dan takut yang bercampur di dalam diriku.

    Aahh... Ini buruk.
    Aku bisa-bisa memuntahkan jantungku dari mulutku.

    Untuk sekarang, ayo kosongkan pikiran.
    Berhenti berpikir yang tidak-tidak.
    Kosongkan pikiran, kosongkan pikiran...!

    Sambil membaca mantra dengan panik, aku membunyikan interkom pintu.

    "Y-ya...! Se, se-selamat datang kembali!!!" [Riko]

    Ah...
    Suara Riko yang melalui interkom juga sedikit berbeda dari biasanya.

    Ini gawat...
    Saat aku tahu kalau Riko juga gugup, aku menjadi lebih gelisah...

    Aku ingin tahu apa aku bisa bertahan sampai besok...?
    Detak jantungku terus membuat keributan.
    Aku benar-benar mulai khawatir kalau aku akan mati karena jantungku terlalu banyak bekerja.

    Waktu menunjukkan pukul 21.30...

    Mulai dari sini akan menjadi malam yang cukup panjang.

    "A-ano, Minato-kun, mandinya..." [Riko]

    "Oh, iya. Kita lupa melakukan gunting-batu-kertas pagi ini." [Minato]

    "Benar juga." [Riko]

    Ketika kami pertama kali mulai hidup bersama, kami mengalami banyak masalah karena tak ada urutan untuk mandi.
    Dari sanalah aku membuat aturan untuk melakukan gunting-batu-kertas setiap pagi sebelum sarapan untuk menentukan siapa yang mandi terlebih dahulu.
    Tapi hari ini, kami lupa melakukan itu karena 'masalah tak biasa ini'.

    "Oke, kalau begitu! Gunting-batu-kertas!" [Riko]

    "‒‒‒ahh, Riko menang. Kalau gitu, makan dulu baru mandi, ya!" [Minato]

    "...Iya, tentu saja." [Riko]

    Riko dengan rona merah muda di pipinya, melirik ke meja di ruang tamu.
    Saat itulah aku baru sadar, ada sebuah kotak asing di atasnya.
    Ukurannya sedikit lebih besar dari buku catatan dan memiliki pola bunga yang disukai para gadis di atasnya.

    Punyanya Riko, kah? Tapi apa itu?

    "Riko, kotak itu..." [Minato]

    "A... a, a, a, i-itu...... Itu bukan apa-apa!!! Aku cuma sudah lama penasaran dengan itu! Dan entah kenapa aku sangat menginginkannya hari ini, jadi kubeli, deh...! Ini bukan karena itu... tapi cuma kebetulan, loh... bukan berarti aku membayangkan i‒‒ Po-pokoknya, hanya kebetulan!!!" [Riko] [TL: 😋]

    "O, oh. Memangnya apa yang di dalamnya?" [Minato]

    "...... Lulur tubuh." [Riko]

    Mengatakan itu dengan suara yang hampir tak terdengar, Riko menundukkan wajahnya yang merah padam.

    Apa itu lulur...?
    Apa itu sesuatu yang memalukan...?

    Tapi melihat Riko sangat malu tentang itu, kurasa itu bukanlah topik yang baik untuk diteruskan.
    Lagipula, ketika aku mendapat kesempatan untuk mencarinya di smartphoneku, aku menemukan kalau itu adalah sejenis sabun yang mengandung garam dan gula yang digunakan untuk mengangkat sel-sel kulit mati.

    Tapi kenapa harus malu...?
    Maksudku, itu cuma sabun, kan...?

    Aku memiringkan kepalaku yang semakin bingung.

    [TL: Riko mulai berani...]


____________________

Catatan Penulis :

    Lulur tubuh membuat kulit menjadi terasa halus dan lembut, serta memberikan aroma yang harum.
    Perbedaannya akan terlihat jelas ketika menyentuhnya!
    Tapi, itu adalah barang mewah yang bagus, jadi para perempuan menggunakan itu hanya saat acara-acara tertentu saja.
    Itu artinya, Riko-chan itu............


Catatan Penerjemah :

    Hoho... adegan spesial, kah...? 😋




<<  ==  >>

0 Komentar