Chapter 31 - Malam kami berdua (4)

Penerjemah : DuJu

    Sayangnya, meskipun meresahkan, makanan yang dibuat Riko hari ini sangatlah lezat...
    Mau tak mau, aku menghabiskan semuanya tanpa sisa.
    Yah, bahkan jika tak enak, aku pasti tetap akan memakan semuanya karena Riko sudah bekerja sangat keras membuatnya untukku.

    Mungkin pada saatnya tiba, aku harus bertarung melawan energiku yang luar biasa...

    Tapi sayangnya, serangan misterius Riko belumlah berakhir.

    Mari tenangkan diri sekarang.
    Itulah yang kupikirkan ketika menuju ke kamar mandi yang sebelumnya telah digunakan Riko.
    Tapi begitu masuk, aku menemukan kamar mandi dipenuhi dengan aroma manis nan harum "Para Wanita".

    Saat aku melihat ke bawah, aku melihat ada botol kaca dengan stiker bermotif yang mirip dengan kotak yang kulihat di ruang tamu sebelum makan malam.

    "... Ah? Seperti ini ya, bau perlengkapan mandi yang baru disebutkan Riko tadi?" [Minato]

    Bagaimanapun, ini terlalu gawat.
    Baunya terlalu kuat hingga seakan-akan ada Riko di sini.

    Aku menelan ludah.

    "Ti-tidak! Aku bisa gila jika tinggal di sini terlalu lama...!" [Minato]

    Dengan membaca mantra, "kosongkan pikiran, kosongkan pikiran", aku mandi secepat yang kubisa lalu segera melarikan diri dari kamar mandi.

    Sungguh, hari ini kenapa, sih...?

    Sambil terhuyung-huyung, aku menuju ruang tamu.
    Tapi begitu aku membuka pintu, samar-samar aku mencium bau harum dari ruangan ini.

    Bahkan, baunya lebih dari yang tadi......

    "Hmm......" [Minato]

    Sepertinya dia sudah menyiapkan semuanya saat aku mandi.
    Di ruang tamu, sudah diletakkan dua set futon oleh Riko.
    Tepat berdampingan dan tanpa celah sedikit pun.

    Dan di sana, Riko, yang duduk di atas futon berwarna merah muda nan lucu, menatapku dan tersenyum malu-malu.


    "Minato-kun, tolong jaga aku malam ini. Ehehe..." [Riko]

    "... Ap!" [Minato]

    Tak bisa......!

    Aku bisa merasakan rasionalitas yang kubanggakan sekuat benteng besi ini, takkan sanggup menang melawannya.
    Habisnya, serangan yang mengikis kekuatan mental itu ditembakkan dengan kecepatan yang sangat tinggi.

    Tentu saja, mencampur sedikit erotisme dengan banyak keimutan seperti itu...
    Bisa dipastikan, seorang perjaka akan mati seketika!

    Ero dan perjaka...... Sial, memikirkan kedua itu malah membuatnya menjadi semakin buruk.

    "Aaaa, sudahlah...... Jadi apa yang ingin Riko lakukan denganku...?!" [Minato]

    Aku menyerah, aku langsung menjatuhkan diri ke atas futon dan segera mengungkapkan pikiran menyedihkanku yang sebenarnya.

    "Minato-kun...?!!" [Riko]

    Mungkin karena terkejut melihat keeksentrikanku yang tiba-tiba, Riko terpeleset di atas futon.

    Tercium aroma bunga-bunga manis nan lembut.
    Kepalaku mulai pusing.
    Dan detak jantungku berdebar sangat kencang.

    "Sekaranglah saatnya!"
    Itu adalah suara dari rasionalitasku yang kalah oleh hidangan makan malam tadi.

    Ini buruk.
    Rasionalitasku sudah mulai berantakan.

    Akh...
    Rasa sakit merah muda menghantamku dan membuatku tak bisa bernapas.

    Apa musim sedang bersemi di kepalaku. Tidak, ini adalah musim panas. Dan lagi, lebih tepatnya, di seluruh tubuhku.
    Aku sangat bingung dengan situasi ini, sehingga jalan pikiranku pun juga kacau.

    ...... Jadi, 'haruskah' aku menyentuh Riko?
    Eh?! maksudku, 'bolehkah'?!!!

    Aahhh, pikiranku benar-benar kacau sudah.

    "Minato-kun, kamu tadi nanya apa...?" [Riko]

    Kalau aku mengatakan 'bukan apa-apa', kami takkan bisa menjadi seperti biasa lagi.
    Karena itu, itu tak boleh.

    Aku harus tahu apa yang dipikirkan Riko dulu.

    "Ini tentang makan malam hari ini." [Minato]

    "Ya?" [Riko]

    "Maaf kalau aku salah paham. Tapi... bahan-bahan yang kau gunakan, itu... bukankah itu memiliki efek meningkatkan libido seseorang?" [Minato]

    Dalam sekejap, wajah Riko menjadi merah padam.
    Dia malu dan menunduk sambil menggigit bibirnya erat-erat.
    Alih-alih terkejut karena sesuatu yang tak terduga, dia lebih terlihat terkejut karena aku menunjukkan sesuatu yang dia sembunyikan.

    "... Jadi kamu tahu, ya?" [Riko]

    "......" [Minato]

    Tak mungkin...

    Wajahku mendidih dan aku mulai kehilangan kata-kata.

    "Ke-kenapa...?" [Minato]

    "Nnn... Haruskah aku mengatakannya...?" [Riko]

    "Katakanlah..." [Minato]

    Aku mengatakan itu dengan suara canggung.
    Dan Riko yang masih terlihat malu, berkata sambil menghindari tatapanku.

    "... Aku ingin membuat Minato-kun terangsang......" [Riko]





<<  ==  >>

0 Komentar