Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 54
Chapter 54 - Bento dan janji
Penerjemah : DuJu
Setelah berjalan selama hampir 20 menit sambil melihat-lihat pepohonan dan bunga-bunga liar, kami melihat danau.
Selama berjalan, Riko selalu tersenyum kepadaku dan berbicara betapa senangnya dia.
Riko sangatlah imut sehingga aku harus berhati-hati agar tak membuat wajah aneh.
Berjalan berdampingan denganku, aku heran kenapa dia begitu senang...
Di sekitar danau, terlihat orang-orang yang menggelar tikar untuk makan siang di atas rumput buatan.
"Riko, ayo kita makan siang di sini juga." [Minato]
"Oke! Ada gerobak jajanan di sana, aku beli dulu ya!" [Riko]
"Ah, tunggu Riko! Sebenarnya... aku membuat bento..." [Minato]
"Eh?!" [Riko]
"Ini pertama kalinya aku membuat bento, jadi aku ragu ini enak atau tidak..." [Minato]
"Minato-kun membuatnya...?" [Riko]
"Iya..." [Minato]
"Buatan tangan Minato-kun......" [Riko]
Riko menahan napas, lalu dari matanya perlahan keluar air mata.
"Uwaah?! Riko?!! Maafkan aku, kau pasti tak suka, ya?!!" [Minato]
"Bu-bukan...! Aku cuma terkejut...! Hehe, maaf karena membuatmu khawatir. Aku sangat bahagia. Terima kasih...!" [Riko]
Riko tersenyum sambil menyeka air matanya.
Aku hanya bisa terdiam dan mengangguk tanpa kata.
Aku tak menduga dia akan begitu bahagianya, jadi jika aku membuka mulutku, kuyakin suaraku pasti bergetar.
Aku ingin melakukan sesuatu untuk Riko.
Karena itu, aku mencoba sesuatu yang tak biasa kulakukan dan aku senang telah mencobanya.
Bangun jam 3 pagi lalu membuat bento walau butuh lebih dari 3 jam untuk itu, tapi aku senang karena tidak menyerah.
Dengan perasaan gugup, aku membuka ransel dan mengeluarkan bento.
Riko menatapku dengan mata penuh semangat saat aku membuka tutup bento di depannya.
Namun―
"Uwaahhh?! Tidak mungkin..." [Minato]
Semua makanan yang berada di sisi kanan kotak, hancur dan berantakan.
Aku sangat terkejut hingga pikiranku kacau.
Tak mungkin aku membiarkan Riko memakannya dalam keadaan seperti itu.
"Minato-kun..." [Riko]
"Maaf, maafkan aku. Sebagai gantinya, aku akan beli di gerobak yang kau bilang tadi saja...!" [Minato]
"Tunggu. Lihat, Ini masih bisa dimakan, loh?" [Riko]
Dengan lembut, Riko menahan lenganku saat aku ingin berlari.
"Tapi..." [Minato]
"Sini, lihat ini." [Riko]
Untuk meyakinkanku, Riko tersenyum dan meraih sumpit.
Lalu, dengan hati-hati, Riko memperbaiki isi bento di depan diriku yang masih tertegun.
"Nah, kan? Bento yang terlihat lezat ini berhasil diperbaiki!" [Riko]
Seakan-akan diberi sihir oleh Riko, kotak bento yang kubuat berubah kembali seperti semula.
Yah, walaupun jika diperhatikan lebih dekat, warna telur dadarnya sudah sedikit berubah karena terkena sup, dan tomatnya pun juga hancur dan pecah-pecah. Tetapi aku tetap mengiyakannya saja.
Lagipula, jika aku menolak bento ini, sama saja aku menolak belas kasih Riko yang sudah susah payah memperbaikinya.
"Membawa bento itu sulit, bukan? Aku juga sering kok melakukan kesalahan ini." [Riko]
Riko mengakhiri perkataannya dengan tertawa, "Hehe...", sebuah ciri khasnya yang imut dan lucu.
Tapi tetap saja aku merasa sedih, karena aku tahu semua itu dia lakukan agar tidak menghancurkan hatiku.
"Minato-kun, boleh aku makan?" [Riko]
"Ah, i-iya..." [Minato]
"Oke, kalau begitu akan kumakan!" [Riko]
Setelah menyatukan tangannya dan membungkuk ringan, Riko mengulurkan sumpitnya ke telur dadar yang paling terlihat parah di antara semua makanan.
Lalu membawa telur dadar ke mulutnya sambil bertatap mata ke arahku yang melihatnya dengan gugup.
"Nnnnhh...! Ini manis dan lezat...!" [Riko]
Riko terlihat senang, dia menyipitkan matanya sambil memegang pipi dengan kedua tangannya.
"Ini, bagaimana jika kamu mencobanya juga, Minato-kun?" [Riko]
"Oke... eh, Riko? Anooo, kenapa kau menyodorkan telur dadarnya dengan sumpitmu?" [Minato]
"Seperti yang kamu lihat, soalnya aku sangat suka menyuapi Minato-kun." [Riko]
"Eeeeh?!" [Minato]
"Karena itu, ini dia! Aaaa~" [Riko]
"Tapi, di depan umum...?!!" [Minato]
"Tak boleh?" [Riko]
Ditanya dengan wajah imut seperti itu, tentu saja aku tak bisa menolak.
Lagipula, bukan berlebihan untuk bilang ini adalah impian semua pria agar bisa disuapi oleh perempuan yang dia suka saat kencan.
Sungguh aneh.
Seharusnya aku yang menyenangkan Riko, tapi malah aku yang dibuat bahagia olehnya.
Aku mulai berpikir sepertinya rencana yang kubuat sepanjang malam selama berhari-hari sama sekali tak berguna.
.jpg)

0 Komentar