Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 57
Chapter 57 - Saling berbagi perasaan
Penerjemah : DuJu
"Gi, gigigi-gimana, nih...? Riko, maaf, etto, apa yang harus kulakukan agar kau berhenti menangis...?!" [Minato]
Melihat Riko menangis, aku menjadi panik dan releks maju mendekat.
"Uukh, maaf karena tiba-tiba menangis... Tapi, aku sangat senang... Habisnya, I-ini bukan mimpi, kan...? Minato-kun, kamu menyukaiku...?" [Riko]
Dengan bergelinang air mata, Riko bertanya memastikan dan aku pun langsung menganggukkan kepala.
Namun, semakin aku melihatnya, air mata Riko semakin deras.
"Uungg, tak bisa...... Aku sangat terharu..." [Riko]
Ke-kenapa...?!!
Aku ingin membuat Riko berhenti menangis, tetapi yang terjadi malah sebaliknya...!!!
"Itu, aku, hiks..." [Riko]
"Nnn." [Minato]
"Aku sangat, sangat, sangat mencintai Minato-kun... hiks..." [Riko]
"... Nnn. Ta-tapi... Bukannya... Riko sudah memiliki orang lain yang kau suka...?" [Minato]
"Eh? Orang lain?" [Riko]
Dengan mata merah lembab seperti kelinci, Riko memiringkan kepalanya heran.
"Saat hari Tanabata, kau bilang... Aku bertemu lagi dengan orang yang kusuka saat aku SMP... Tapi, kita belum bertemu saat itu, bukan...?" [Minato]
"Ah." [Riko]
Seketika Riko terkejut dan mulai panik.
"Ka-kalau itu... ano..." [Riko]
Melihat reaksinya, pikiranku mulai menduga-duga.
Sampai baru-baru ini, orang yang Riko suka adalah pria A.
Tapi sekarang, secara ajaib hatinya berpindah kepadaku.
Kurasa dia masih menyukai pria A sampai hari Tanabata, namun dia berubah pikiran padaku kemarin atau hari ini, atau bisa juga, dia menyukai pria A, tapi secara bertahap mengalihkan perasaannya padaku.
Tapi, apapun itu aku tak peduli.
Jika dia berpikir dia menyukaiku, walaupun hanya sedikit...!
Itu sudah merupakan keajaiban yang luar biasa bagiku.
"Maaf, aku menanyakan sesuatu yang sulit dijawab. Jadi maksudmu kau mulai menyukaiku akhir-akhir ini, kan...?" [Minato]
Mengatakan itu, aku merasa perkataanku terlalu menghayal dan aku pun merasa geli.
Soalnya, Riko menyukaiku itu...
Itu agak mustahil...
Menurunkan alisnya, Riko meminta maaf lalu bergumam dengan suara kecil, "I-itu... Tolong anggap saja begitu...".
Oke, itu tak masalah.
Jika itu yang Riko mau, tentu saja aku terima.
Karena yang penting bagiku adalah sekarang dan ke depannya.
...Eh, kita... habis mengungkapkan perasaan masing-masing... itu artinya...?
"Jadi, bolehkah aku menjadi pacarmu, Riko...?" [Minato]
"Bisakah aku menjadi pacar Minato-kun...?" [Riko]
"...! Riko... maukah kau menjadi... pacarku...?" [Minato]
"Y-yaa!! Tentu saja...!!!" [Riko]
Agak aneh rasanya, padahal kami sudah menikah tapi kami baru saja menjadi kekasih.
Saking senangnya, aku merasa ingin pingsan sehingga aku tak peduli dengan kontradiksi seperti itu.
Tiba-tiba, terdengar suara tepuk tangan dan sorak-sorai dari belakang kami.
"Eh?!" [Minato]
"Uwaa?!" [Riko]
Menengok ke belakang, kami terkejut melihat para wisatawan yang sedang berteduh di bawah atap teras, tersenyum dan bertepuk tangan ke arah kami.
Uwaa...! Mereka mendengar percakapan kami dari tadi?!!
Kami terlalu sibuk dengan diri kami sendiri sehingga tak menyadari mereka.
"Yooo, selamat berpacaran!"
"Enaknya masa muda~"
"Pacar-kun, jangan buat pacar imutmu menangis terus!"
Ketika disambut oleh orang-orang seperti itu, kami berdua memerah malu dan saling memandang.
Aku tak terbiasa menjadi pusat perhatian, jadi aku sangat malu sekarang dan ingin masuk dan bersembunyi ke dalam lubang jika ada.
Meski begitu, rasa bahagiaku melebihi rasa maluku, karena Riko yang juga sedang malu di sampingku, membuatku tergelitik oleh senyumannya.
"Riko, mulai hari ini mohon kerja samanya lagi." [Minato]
"Aku juga...! Aku tahu aku orang yang ceroboh, tapi tolong jaga aku untuk kedepannya... ―ini kedua kalinya kita mengatakan ini, ya kan?" [Riko]
Saat Riko menyipitkan matanya bernostalgia, hujan musim panas yang tak terduga berhenti tiba-tiba, sama seperti saat turun.
"Ah! Lihat, Minato-kun! Ada pelangi!" [Riko]
Ketika aku mengalihkan pandanganku ke arah yang ditunjuk Riko, terlihat sebuah pelangi yang menggantung di atas langit cerah.
Mendengar kata-kata kami, para turis juga ikut mengalihkan pandangannya ke langit dan mulai mengambil gambar dengan antusias.
Berkat itu, tak ada yang memperhatikan kami lagi, jadi diam-diam aku merasa lega.
"Kita berdua basah kuyup. Aku takut Riko terkena flu nanti." [Minato]
"Hehehe, Terima kasih. Tapi, aku senang kita samaan." [Riko]
Mengatakan itu dengan suara melengking, Riko meraih tanganku.
Mungkin karena hati kami terhubung sekarang, aku bisa merasakan hangat tubuh Riko lebih dari biasanya.
Jantungku, yang selama ini berisik sepanjang waktu, menjadi lebih dan lebih berisik lagi.
Namun aku tak peduli, karena itu semua adalah tanda perasaanku pada Riko.
"Nee~, Minato-kun. Aku takkan pernah melupakan pelangi serta keajaiban hari ini." [Riko]
Begitu juga aku.
Akan kuukir dalam hatiku dan menjadikannya harta karun seumur hidup.
Dengan perasaan yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata, aku meremas kembali tangan Riko, seketika rasa hangat nan lembut membalas perasaanku.
.jpg)
0 Komentar