Chapter 03 - Gadis ini akan melakukan apapun untukku, membuatku heran

Penerjemah : DuJu

    Kemudian, Hanae Riko membawakan tasku dan membantuku dalam banyak cara.
    Seperti menekan tombol lift, mengeluarkan kunci kamarku dari tas, dan membuka pintu.
    Jujur, itu sangatlah membantu.
    Melakukan kegiatan yang seharusnya bisa kulakukan dengan mudah, menjadi sulit karena demam dan terasa malas tentunya.

    Apalagi, tubuhku terasa lemas dari yang kukira, walaupun aku bisa berdiri karena bersandar, tapi tetap saja aku tak bisa berjalan dengan lancar tanpa bantuan Hanae Riko.
    Namun, itu malah membuatku semakin panas...

    "Are? Niiyama-kun, kau bisa berpegangan padaku lebih kuat lagi, tahu...?" [Riko]

    "T-tapi..." [Minato]

    "Yoishoo... Ini, pegang bahuku seperti ini, ya?" [Riko]

    "...!" [Minato]

    Hanae Riko meraih tanganku dan meletakkannya di pundaknya.
    Ini hampir seperti aku merangkulnya.

    Stop, sadarlah...
    Kasar sekali rasanya karena menyalahgunakan niat baiknya...
    Dengan putus asa aku memarahi diriku dan mencoba mengalihkan perhatian.
    Tapi aroma sampo yang tercium dari rambutnya dan sentuhan lembutnya membuatku menertawakan alasanku.

    "...Ne~, Niiyama-kun... Posisi ini sedikit memalukan, bukan?" [Riko]

    Kau tak seharusnya mengatakan itu...
    Akulah yang lebih sadar akan hal itu, tahu...?!


------------


    Dengan bantuan Hanae Riko, aku telah pindah ke sofa di ruang tamu.
    Dan dia bilang dia akan mengurus pekerjaan rumah.

    "Apa ada bahan makanan di kulkas?" [Riko]

    "...Aku selalu makan siang dari supermarket." [Minato]

    "Eh... Setiap hari?" [Riko]

    "Aku malu mengakuinya." [Minato]

    "Apa kamu punya peralatan dapur?" [Riko]

    "Ya, tapi hanya orang tuaku yang menggunakannya." [Minato]

    "Kalau begitu, aku akan pergi belanja dulu." [Riko]

    "Eh... Jangan, tak usah..." [Minato]

    "Aku suka memasak, jadi jangan khawatir." [Riko]

    "Tapi sekarang sedang dingin dan turun salju." [Minato]

    "Aku suka dingin, jadi tak masalah. ‒dan tadi, kamu mengobrol tentang ingin makan hotpot bersama Sawa-kun dan yang lain, kan?" [Riko]

    "...!" [Minato]

    Sawa, suaramu terlalu keras, loh...

    "Kamu suka hot pot yang gimana?" [Riko]

    "...A-apapun yang asin. Ah, tapi, itu terserahmu..." [Minato]

    "Fufu, aku akan buat yang asin saja berarti. Lalu kamu ingin mandi? Ah, mungkin tak usah, ya." [Riko]

    Kupikir mandi ketika sedang demam itu tidak bagus, tapi sebagai orang yang baru saja jatuh dan basah kuyup hingga celana dalamnya, hanya ganti pakaian saja tidaklah cukup.
    Untung, infusnya berefek dengan baik dan aku sudah agak mendingan dibandingkan sebelumnya.
    Jadi kupikir setelah istirahat sebentar, aku bisa mandi.

    "Aku habis jatuh dan kotor, jadi aku ingin mandi sebentar." [Minato]

    "Benarkah? Apa tidak apa-apa...?" [Riko]

    Aku memberitahunya kalau aku sudah di infus, sehingga Hanae Riko memperbolehkannya walau tetap khawatir.

    "Kalau begitu aku akan menyiapkan bak mandinya dulu." [Riko]

    "Tak usah. Bak mandinya sudah lama tak kubersihkan. Jadi aku akan menggunakan shower saja." [Minato]

    "Apa kamu punya peralatan bersih-bersih?" [Riko]

    "Ibuku tak mungkin membawanya, jadi seharusnya ada..." [Minato]

    "Kalau begitu kupinjam. Niiyama-kun tenang saja. Mau tiduran dulu di tempat tidur? Atau duduk di sofa saja?" [Riko]

    Tak mungkin aku bisa tidur begitu saja di kamar dan menyerahkan semua itu pada Hanae Riko.
    Jadi aku bilang aku ingin di ruang tamu saja.
    Kemudian, Hanae Riko meletakkan bantal dan menatanya di sofa agar aku bisa berbaring dengan nyaman.

    "Istirahat di sini sampai aku selesai menyiapkan bak mandi dan makanan untukmu, ya." [Riko]

    "Aku akan membantumu ka‒" [Minato]

    "Tak boleh. Niiyama-kun sedang sakit, loh. Tolong tetap di sini." [Riko]

    Hanae Riko meletakkan tangannya di pinggang sambil mengatakan, "Tak boleh" yang nadanya seperti memarahi anak kecil.
    Tanpa sadar, aku menjawab, "Ah, baik".

    "Boleh kutahu dimana kamar tidurmu? Aku ingin mengambil sesuatu untuk kamu pakai." [Riko]

    Aku menunjukkannya kamarku, lalu Hanae Riko pergi ke kamar tidurku lalu membawa selimut dan menggantungkannya di atasku dengan lembut.

    "Dingin, bukan?" [Riko]

    "Ah, ya." [Minato]

    Aku berterima kasih untuk yang kesekian kalinya, dia bahkan mengatur selimutnya untukku.
    Aku sangat merasa bersyukur sekaligus kasihan pada diriku sendiri, karena hanya bisa berkata, "Terima kasih" dan "Maafkan aku" saja.

    "Kalau begitu, saatnya mulai." [Riko]

    Hanae Riko mulai menggulung lengannya dan mengikat rambutnya.
    Cara dia mengumpulkan rambutnya sambil membelai telinga dengan kedua ibu jarinya, cara dia memegang karet dengan mulutnya, dan cara dia menyatukan rambutnya yang lurus.
    Membuatku terpesona, tapi dengan cepat aku mengalihkan pandanganku.

    Dengan begitu, dia membersihkan bak mandi, pergi belanja sebelum air panasnya siap, dan menyiapkan makan malam.
    Bahkan, belum satu jam kami sampai di rumah.
    Aku terkejut dengan betapa hebatnya Hanae Riko.

    Dia memang bilang kalau dia bisa melakukan pekerjaan rumah.
    Tapi tak kusangka dia sangatlah pandai. Jadi daripada 'bisa' bukankah lebih tepatnya 'ahli' dalam pekerjaan rumah?

    "Luar biasa... Bagaimana kau melakukan itu dalam sekejap?" [Minato]

    Ketika aku menanyakan itu, Hanae Riko meletakkan ujung jarinya di bibirnya dan berpikir sebentar.

    "...Membiasakan diri dan berlatih mungkin?" [Riko]

    "Memangnya ada pelatihan untuk pekerjaan rumah tangga?" [Minato]

    "Ada, lah! Karena, ha‒ Ah, nn, umm. Tidak ada......! Kamu mandi saja, bukannya kamu mau mandi? Akan kubantu." [Riko]

    Hmm?
    Hmm?!! Bantu...?!!!!!!

    "Membantuku mandi itu...? [Minato]

    Melihatku yang bergumam kebingungan, Hanae Riko memiringkan lehernya dengan wajah heran.

    "Membasuh tubuhmu dan rambutmu, kan? Atau ada yang lain? Jika ada bilang saja, apapun akan kulakukan." [Riko]

    Apapun‒‒
    Untuk sesaat, pikiran kotor terlintas di kepalaku. Dengan cepat aku menggelengkan kepala.
    Tidak, tidak mungkin seperti itu.

    "Tapi, hmm, karena ini mandi...? Kau tahu...?" [Minato]

    Aku tak tahu ini hal yang wajar atau bukan, jadi aku bertanya padanya, tapi Hanae Riko menunduk malu dan bergumam, "A-aku tahu...".

    "Ah, sebentar! Aku bukan orang mesum, loh...?!" [Riko]

    "...!" [Minato]

    Apa yang gadis ini ucapkan?

    Apalagi, meski dia malu saat mengatakan kata "Mesum", dia tampak sangat serius hingga mengepalkan tangannya.

    "Aku juga belajar cara menjadi pengasuh dari penyiaran. Jadi jangan khawatirkan apa pun...!" [Riko]

    [Yang dimaksud Riko itu dia belajar dari media jarak jauh kek TV atau radio gitu, mungkin? Atau kalo kita nyebutnya sih... "Belajar Online".]

    Bagi Hanae Riko, mungkin ini tak ada bedanya dengan mengasuh orang biasa, tapi tidak bagiku.
    Itu sebabnya aku menolaknya.
    Jika dia sadar kalau aku memanfaatkan niat baiknya itu...
    Kuyakin dia akan sangat membenciku nanti.
    Membayangkan Hanae Riko menatapku seperti sedang melihat sampah saja, sudah membuatku mual.
    Kalian bebas menertawakanku yang pengecut.
    Itu karena aku sangat takut dibenci oleh perempuan.

    "Aku menghargai perasaanmu, tapi tak seperti yang lain, memintamu membantuku mandi itu merupakan ide yang buruk... Bahkan jika Hanae-san tidak peduli dengan keberadaanku, aku masih peduli padamu..." [Minato]

    "Kenapa kamu bilang aku tidak peduli dengan keberadaanmu Niiyama-kun...?" [Riko]

    "...? Karena kamu bilang kamu hanya ingin menjadi pengasuhku." [Riko]

    "Itu karena kupikir Niiyama-kun akan menolak jika aku tidak mengatakan itu... Tapi... Bukan berarti aku tidak peduli dengan keberadaanmu..." [Riko]

    "Eh?" [Minato]

    "Ah, bu-bukan apa-apa! Lupakan saja sekarang...! Pokoknya, ayo mandi!" [Riko]

    "Tunggu, tunggu, aku serius itu adalah ide yang buruk." [Minato]

    "Uh...... Aku mengerti. Aku akan berhenti melakukan hal-hal yang mengganggu Niiyama-kun yang sedang sakit... Sebagai gantinya, biarkan aku membantumu makan, ya...?!" [Riko]

    Membantuku makan?
    Kau memang membantuku memasak, tapi apa maksudmu itu kau juga ingin membantu menyajikannya?
    Kalau seperti itu, maka tak apa.

    "Baiklah, aku akan meminta Hanae-san untuk itu." [Minato]

    "Eh, eh...! Serahkan saja padaku...! [Riko]

    Entah mengapa, Hanae Riko menjadi malu-malu tak seperti sebelumnya.
    Kenapa dia malu...?

    Aku tidak menghiraukannya karena kepalaku masih sedikit pusing, jadi aku langsung menuju ke kamar mandi.
    Sambil menggigil, aku melepaskan seragam olahragaku di ruang ganti lalu menuju ke pintu kamar mandi. Ketika kubuka, uap hangat menyelimuti tubuhku.

    Air panas di bak berwarna putih susu dan harumnya pun seperti susu.
    Seharusnya aku tak memiliki stok garam mandi, jadi pasti Hanae Riko yang membelinya saat dia belanja tadi.

    Ini membuatku sangat nyaman hingga aku tak ingin cepat-cepat.

    Juga karena sedang lemas, aku agak khawatir tubuhku tak terbasuh dengan benar.

    "...Yo-yosh. Akhirnya selesai." [Minato]

    Sekarang...
    Aku meletakkan tanganku di dinding dan pinggir bak agar tak tergelincir.
    Saat kaki kananku yang dingin menyentuh air panas, sensasi yang tak terlukiskan menjalari seluruh tubuhku.

    "Ahh..." [Minato]

    Sebuah suara aneh keluar dariku. Suhu airnya sungguh sempurna.
    Dengan perlahan, aku menenggelamkan tubuhku ke dalam air.

    Seperti inikah rasanya berendam...

    Sendi-sendiku yang sakit karena demam mulai terasa lebih baik.
    Aku merasa sangat lega.
    Kalau saja tadi aku hanya mandi dengan shower, mungkin tak akan terasa seperti ini.

    "Berendam adalah yang terbaik..." [Minato]

    Ini adalah kebahagiaan yang telah kulupakan dalam beberapa tahun terakhir ini.
    Aku sangat berterima kasih lagi pada Hanae Riko karena sudah mengingatkanku hal ini.


------------


    ‒Dua puluh menit kemudian.
    Alih-alih menggunakan piyama, aku membungkus tubuhku yang hangat dengan kaos dan kembali ke ruang tamu.
    Tapi hanya lima menit kemudian, aku dalam keadaan darurat sekarang.

    "Haii, Niiyama-kun. Tolong buka mulutmu. Aaa~" [Riko]

    "...!" [Minato]

    Hanae Riko yang duduk di sebelahku, mendekatkan sendok ke mulutku.

    Aku hanya bisa menggerakkan mataku dengan gelisah.
    Apa yang harus kulakukan dengan ini...
    Maksudku, mengapa ini terjadi...?!!!





<<  ==  >>

0 Komentar