Chapter 06 - "Mungkin aku bukan yang terbaik, tapi mohon jaga aku mulai sekarang."

Penerjemah : DuJu

    "Aku bisa memasak makanan jepang, barat, dan cina...! Aku bisa bersih-bersih, jadi serahkan saja pekerjaan rumah padaku...! Aku juga memiliki pengetahuan DIY yang mungkin akan berguna suatu saat nanti... La-lalu..., ah! Aku juga bisa mengusir serangga! Aku mungkin sedikit takut pada laba-laba..., tapi aku akan berjuang untuk melindungi Minato-kun... Aku juga pernah kursur Mental Care, Lymphatic Massage, Self-defense, Nutrisi, Pengobatan Cina, dan bahkan Candle-meister, loh! Dan jika ada hal lain yang kamu butuhkan, aku siap untuk mempelajarinya!!! ...Karena itu... kumohon... Minato-kun... tolong menikahlah denganku...!" [Riko]

    "............Sebelum itu..." [Minato]

    "Y-ya!" [Riko]

    "......Apa itu Candle-meister?" [Minato]

    Astaga.
    Aku tak bisa berpikir jernih, dan akhirnya aku malah menanyakan sesuatu yang aneh.
    Padahal ada yang lebih penting yang harus kutanyakan.
    Ayolah diriku...

    "Candle-meister terlihat bagus, tapi tunggu sebentar... E-EEEH? MENIKAH...?" [Minato]

    Suaraku menyelengking menyedihkan.

    "Aku dan Hanae-san...?" [Minato]

    "Iya..." [Riko]

    Sial.
    Dirinya yang menunduk malu-malu itu sangat imut hingga aku ingin sekali melupakan semuanya dan memegang tangannya sambil berkata "Terima kasih".
    Sungguh menakutkan, keimutan Hanae Riko adalah senjata yang tak terkalahkan.

    Aku menelan ludah dan mencoba untuk tenang.
    Ini tidak bagus...

    "Darimana ide pernikahan itu muncul?" [Minato]

    "Tadikan aku bertanya apa aku bisa tinggal di rumah Niiyama-kun." [Riko]

    "Ya, aku tahu itu." [Minato]

    "Karena itu, jika ingin tinggal bersama, itu artinya kita harus menikah...!" [Riko]

    Mendengar itu, aku memiringkan kepala dan melipat tanganku. Mungkin karena dia melihat itu sebagai reaksi penolakan, Hanae Riko meraih ujung bajuku.

    "Ah, tunggu. Akan kujelaskan... Po-pokoknya, satu-satunya penghalang adalah ayahku. Tapi bukan berarti aku tak ingin menikah juga, ah, bu-bukan...! Itu salah, lupakan yang tadi...! Jadi, hmm, satu-satunya cara untuk mengatasi ayahku adalah dengan menikah..." [Riko]

    Oke, aku dalam masalah.

    Walaupun aku tak dapat mendengar ucapannya dengan jelas, tapi sepertinya ini bakal lebih rumit dari yang kupikirkan.
    Sepertinya Hanae Riko punya kebiasaan bingung saat sedang gelisah.
    Contohnya, ketika aku jatuh di depan pintu kemarin, dia malah menawarkanku tidur di pangkuannya...

    "Hanae-san, tenanglah agar aku bisa dengar dengan benar. Bisa kau ulang?" [Minato]

    Dengan lembut aku menegurnya, lalu Hanae Riko mengangguk dengan wajah serius.

    "Ayo tarik napas dulu." [Minato]

    "Y-ya... Hmffff... Haahhh..." [Riko]

    "Yosh. Jadi, kenapa kita harus menikah agar bisa tinggal bersama?" [Minato]

    "Itu karena ayahku selalu berkata, 'tinggal bersama itu tidak bertanggung jawab!'. Jadi kupikir dia tak akan mengizinkanku jika tak begitu." [Riko]

    "...Jika dia sangat menentang 'tinggal bersama', bukankah malah lebih mustahil jika kau menikah dengan seorang siswa...?" [Minato]

    "Memang tidak mudah untuk meyakinkannya, tapi kata-kata favorit ayahku adalah 'serius' dan 'tanggung jawab'..." [Riko]

    Dari penjelasannya, aku bisa menebak bagaimana rupa ayahnya Hanae Riko dan ternyesum masam.
    Sepertinya dia kebalikanku, pria yang berdarah panas. [maksudnya itu bapaknya Riko pria yang tegas...]

    Membayangkannya saja sudah membuatku merinding.
    Walau putrinya sangat tenang...

    ...Ah, bukankah ada satu hal yang harus kupastikan terlebih dahulu?

    "Apa tidak aneh jika menikah hanya untuk tinggal bersama? Hanya hidup bersama, bukan?" [Minato]

    Maksudku, jika seorang pria dan wanita yang tak dalam hubungan romantis tinggal bersama, itu hanyalah sebatas 'tinggal bersama', bukan 'pasangan yang tinggal bersama'.
    Ketika aku menekankan itu, Hanae Riko memainkan ujung jarinya.

    "Memang kita hanya akan tinggal bersama, tapi... dengan tinggal bersama, secara bertahap hubungan kita bisa berubah menjadi pasangan, kan? Dan saat itu terjadi, kita bukan lagi hanya 'tinggal bersama'... karena itu... tak masalah..." [Riko]

    Hmm?!
    HHMMM??!!!
    Kau bilang apa tadi, Hanae Riko-san?!!

    "Kau mengatakan sesuatu yang aneh, loh?! Kau bilang mungkin hubungan kita akan berubah menjadi pasangan?!... Tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin!" [Minato]

    Aku menertawakan lelucon itu.
    Tapi karena hanya aku satu-satunya yang tertawa, situasi menjadi canggung sekarang...

    Aku tak tahu reaksi apa yang harus kubuat selain tertawa.
    Ini gadis tercantik di sekolah dan aku, loh!

    "Walaupun langit dan bumi terbalik, itu tak mungkin terjadi di antara kita." [Minato]

    Aku tak ingin dianggap salah paham, jadi aku mencoba yang terbaik untuk menyangkalnya, tapi entah kenapa bibir Hanae Riko bergetar dan menundukkan kepalanya.

    A-apa...
    Apa aku salah bicara...?

    "Niiyama-kun dan aku tak mungkin bersama, ya..." [Riko]

    "Ya, Hanae-san juga berpikir begitu, kan?" [Minato]

    "..." [Riko]

    Hanae Riko terdiam.
    Aku menggaruk-garuk kepalaku, karena tak tahu harus berbuat apa lagi.
    Kenapa Hanae Riko tak membalas ucapanku?

    Itu saja?
    Kenapa kau hanya menatapku?

    Aku merasa buruk karena telah membuat situasi canggung ini...
    ...Aku harus mengubah topik untuk mencairkan suasana.

    "...Mungkin kau terlalu terburu-buru, Hanae-san. Aku tak tahu perasaanmu, tapi kurasa kau harus lebih berhati-hati dalam memilih orang yang akan tinggal denganmu. Kau mungkin bisa menyesal nanti." [Minato]

    "Maaf... Aku telah mengatakan hal yang aneh... Maaf karena telah membuatmu tak nyaman." [Riko]

    "Eh, bukan itu maksudku...!" [Minato]

    Jujur, aku sangat bingung sekarang, tentu saja tak mungkin aku tak senang diminta menikahi Hanae Riko.
    Jika saja aku tak memikirkan apapun, aku akan mengatakan 'ya' dengan lantang!
    Namun, aku adalah tipe orang yang berhati gelap, pemalu, dan selalu memikirkan hal-hal yang tak perlu, jadi aku tak bisa bertindak seperti itu...

    "Niiyama-kun, aku sungguh minta maaf karena telah meminta hal yang tak masuk akal. Tapi percayalah, aku tak melakukan ini ke semua orang." [Riko]

    "..." [Minato]

    Aku tahu.
    Aku tahu kau memilihku karena aku hidup sendiri, tak terlihat berbahaya, punya kamar kosong, dan bisa membantumu.
    Meski begitu, entah kenapa aku ingin sekali menerimanya.

    Sebelumnya, aku memang berpikir kalau lebih baik dia pergi agar perasaanku kepadanya hilang.
    Tapi sekarang, aku merasa tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

    Walaupun mungkin ini akan membuatku patah hati di masa depan nanti, aku tak peduli...

    "Itu... Bagaimana denganmu, Hanae-san?" [Minato]

    "Eh? Aku?" [Riko]

    "Iya. Maksudku, itu... apa tidak apa-apa? Menikah denganku..." [Minato]

    Hanae Riko menatapku dengan tajam, seolah-olah dia ingin aku percaya padanya.
    Tapi tak lama kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan malu dan bersuara pelan.

    "Aku inginnya Niiyama-kun..." [Riko]

    ...Sial, itu curang.
    Melihat itu tentu saja membuatku merasa ingin melindunginya.

    Oke. Cukup. Terserah.
    Hanae Riko ingin mengandalkanku, jadi apa lagi yang kupikirkan?

    Tak peduli kenapa atau apa yang aku percaya.
    Karena sekarang, aku sungguh berada di situasi ini, dilamar oleh gadis tercantik di sekolah.

    Meski ini terlihat seperti mimpi, ini adalah kenyataan.
    Eh, ini kenyataan, kan?
    Aku diam-diam mencubit pahaku sendiri tanpa dilihat Hane Riko.
    Aw... sakit.
    Yosh, tak perlu ragu lagi.

    Akan kuterima kesempatan ini, anggap saja aku telah memenangkan lotre.
    Jadi mubazir jika membuangnya.

    Dan lagi, buat apa ragu untuk pria sederhana sepertiku belum punya pacar?
    Jika aku melewatkan kesempatan ini, hanya rute bujangan seumur hidup yang ada di depanku.
    Itu dia.
    Karena peluangku untuk bertemu dan menikahi seseorang di masa depan itu nol persen, jadi aku juga tak perlu untuk menjaga riwayat pernikahanku tetap bersih.

    Tapi sekarang, jika aku menerima Hanae Riko, aku bisa mendapatkan istri yang tak mungkin bisa kudapatkan.

    Hingga saat ini, imajinasiku, yang telah lama kupendam, akhirnya terbangun.

    Istriku yang sangat imut memaka celemek.
    Istriku yang sangat imut duduk di sampingku di sofa ruang tamu.
    Istriku yang sangat imut sedang menyikat gigi di depan kamar mandi saat pagi hari.

    Dalam sekejap, sekitar lima puluh 'adegan istriku yang imut' terlintas di kepalaku.
    Itu sangat menakjubkan.

    Tak masalah meskipun ini pernikahan kontrak.
    Ini adalah anugerah dari dewa, agar aku bisa mencicipi rasanya menjalani kehidupan dengan istri yang imut.

    Dengan begitu aku akhirnya mengambil keputusan dan mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya.

    "Lalu... apa kau mau... menikah denganku...?" [Minato]

    Ah.
    Aku masih saja mengatakannya dengan ragu...
    Aku muak dengan diriku yang sangat pengecut.
    Namun, Hanae Riko memberikan respon yang luar biasa atas pertanyaanku.

    Matanya terbuka lebar dan bibir merah muda kecilnya ikut terbuka.
    Dia segera menutup mulutnya dengan kedua tangan, dan setelah lama terdiam, dia bergumam dengan suara yang hampir tak terdengar, "...ini seperti mimpi".

    Reaksinya terlihat seperti ketika kau berhasil melamar seseorang yang kau cintai.
    Tapi aku tahu bukan itu maksudnya, tapi tetap saja aku merasa senang.

    ......Sepertinya dia sangat ingin tinggal di Jepang hingga dia terlihat sangat bahagia.
    Maka keputusanku tak salah.

    "Aku mungkin akan merepotkan, tapi aku akan melakukan yang terbaik, jadi mari kita lakukan yang terbaik bersama-sama." [Minato]

    "......! Ya...! Niiyama-kun, terima kasih banyak... Aku tak akan pernah melupakan hari ini..." [Riko]

    Hanae Riko terlihat sangat senang hingga dia tersenyum sambil menyipitkan matanya yang masih berlinang air mata.


    "Kalau begitu, ehem... ‒‒Niiyama Minato-kun, aku tahu aku orang yang ceroboh, tapi tolong jaga aku untuk kedepannya." [Riko]

    Melihat diriku yang memasang posisi seiza di lantai kamar, Hanae Riko mengikutiku dan mengatakan itu dengan wajah serius sambil membungkukkan kepalanya. [seiza itu duduk tradisionalnya jepang...]





<<  ==  >>

0 Komentar