Chapter 07 - Aku ingin kau menjadi istriku untuk waktu yang lama

Penerjemah : DuJu

    Memang ada banyak kesulitan untuk meyakinkan kedua orang tua kami, tapi pada akhirnya Hanae Riko dan aku berhasil mendaftarkan pernikahan kami dan mulai hidup bersama pada bulan April ini.

    Pada awalnya, kupikir kami hanya akan berpura-pura mengajukan pernikahan.
    Aku sih tak peduli dengan riwayat pernikahanku, tapi tidak dengan Hanae Riko, kan? Aku khawatir itu akan menjadi noda dalam kehidupannya.

    Namun, ketika aku memberitahunya tentang itu, Hanae Riko berkata, "Aku senang kamu memikirkanku...", sambil mendengkus lalu kabur.
    Kemudian, dia menghindariku selama tiga hari.

    Aku terus berpikir apa aku mengatakan hal yang salah.
    Hingga aku sadar, berpura-pura menikah dan tinggal bersama tanpa mendaftarkan pernikahan itu sama saja dengan memaksanya berbohong kepada orang tuanya.
    Jadi aku merenungkan kembali ideku itu dan berkata pada Hanae Riko bahwa apapun yang ingin dia lakukan, aku akan mengikutinya

    "Niiyama-kun, apa kamu tak mau menikah...?" [Riko]

    Dia bertanya dan aku menyangkalnya, tak mungkin aku tak mau.

    "Aku sangat mau. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan sangat senang memiliki istri yang imut sepertimu.", tentu saja bukan seperti itu yang kubilang, mustahil.

    Hanae Riko melanjutkan, "Jika Niiyama-kun tak keberatan, aku ingin menikahi Niiyama-kun dengan benar...".

    Tak peduli berapa kali aku bertanya padanya apa itu baik-baik saja, dia tetap tak berubah pikiran.
    Sepertinya dia sungguh tak mau berbohong pada orang tuanya.

    Atas keinginan Hanae Riko, kami mengajukan pernikahan kami pada tanggal 3 April, ketika aku tepat berusia 18 tahun, dan akhirnya kami menjadi pasangan suami-istri.

    Sekarang, sudah satu bulan sejak kami menikah. Memang, pada awalnya kami menghadapi banyak kesibukan dan juga masalah ini dan itu.
    Tapi dalam beberapa hari terakhir ini, kami mulai santai dan fokus pada hal-hal kecil.
    Aku malu mengakuinya, tapi saat itu aku hanya berkontribusi sangat sedikit. Aku sadar kalau aku terlalu dimanjakan oleh Hanae Riko.

    Hari ini pun juga.

    Ketika suara alarm membangunkanku pagi ini, bau samar sup miso menggelitik hidungku.
    Seketika, rasa lezat sup miso buatan Hanae Riko terlintas di benakku hingga membuat perutku menjerit.

    Dulu saat aku sendiri, aku melewatkan sarapan karena itu merepotkan.
    Yah, sebenarnya itu karena aku tak bisa memasak dan malas pergi ke toko pagi-pagi...

    Keberadaan Hanae Riko benar-benar mengubah kebiasaan burukku dengan sarapan yang lezat.

    Sejak dia tinggal bersamaku, dia selalu bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan setiap hari.
    Tentu saja aku merasa tak enak dan mengatakan padanya kalau dia tak perlu melakukan semua itu.
    Aku memang senang, sih... Tapi itu tak penting.
    Ini hanyalah pernikahan kontrak.
    Dan juga, di zaman sekarang, cara berpikir bahwa istri harus selalu merawat istrinya itu tak masuk akal.
    Tapi sebaliknya, Hanae Riko malah tersenyum.

    "Aku senang menjadi istrimu, Minato-kun." [Riko]

    Aku kalah oleh kata-katanya dan tak bisa berkata lagi.
    Jadi, dengan perasaan bersalah, aku terus memakan makanan masakannya hingga hari ini.

    ...Manusia adalah makhluk yang berhati lemah, bukan?

    Tapi setiap hari, aku selalu berpikir untuk mengatakan, "Mulai hari ini, kau tak perlu menyiapkan makanan, ya!", tapi melihat Hanae Riko yang memasak sambil tersenyum, mau tak mau aku menahannya dan berpikir, "Satu hari lagi saja tak apa-apa... akan kukatakan besok".

    Soalnya, Hanae Riko yang sedang memasak itu terlalu imut...
    Dirinya yang memakan celemek terlihat menakjubkan, dan rambut halusnya yang diikat juga... terlihat sangat bagus.

    Tapi harus kukatakan sekarang, tak baik kutunda-tunda.
    Aku segera bersiap-siap dan menuju ke ruang makan lalu berkata pada Hanae Riko,

    "Selamat pagi, Hanae-san. Maaf karena telah membuatmu menyiapkan sarapan setiap pagi. Aku tahu sulit rasanya untuk selalu bangun pagi, jadi aku akan menjadikan ini hari terakhir... Maaf juga karena terlambat mengatakannya. Makanan yang dibuat Hanae-san sangatlah lezat, hingga aku terlena dan menjadi manja. Aku sungguh minta maaf." [Minato]

    Ketika aku melihat sarapan lezat yang sudah berjejer di meja makan, hatiku bergetar.
    Karena itu, aku meminta maaf sambil melihat ke bawah. 

    Kemudian, Hanae Riko bertanya kepadaku dengan suara lembut.

    "Apa menurutmu makanan yang kubuat sangat enak? Gimana, nih? Aku sangat senang." [Riko]

    "Ah, iya. Itu sangat enak. Tapi yang ingin kucoba katakan adalah kau tak perlu berlebihan... Tolong jangan memaksakan diri." [Minato]

    Aku takut kau akan kewalahan dan ingin pergi dari sini...
    Itulah yang kukhawatirkan.

    Ini adalah pernikahan kontrak, jadi aku tahu ini ada akhirnya.
    Mungkin setahun kemudian, saat kami lulus SMA.
    Aku yakin orang tuanya tak akan keberatan jika dia ingin tinggal sendiri saat sudah menjadi seorang mahasiswa, jadi dia tak perlu bantuanku lagi.

    Jadi sampai itu terjadi, aku tak ingin kehilangan kebersamaanku dengannya.
    Walaupun kami tidak berpacaran ataupun dia tak peduli denganku, aku ingin tetap dekat dengannya.
    Karena itu jauh lebih menyenangkan dari yang kubayangkan.

    "Kupikir sebaiknya kau santai saja dan melakukan apapun yang kau mau agar tidak stres." [Minato]

    "Aku boleh melakukan apapun yang kumau?" [Riko]

    "Te-tentu saja!" [Minato]

    "Kalau begitu, selain membuat sarapan dan makan malam, aku ingin membuatkanmu bento juga!" [Riko]

    "Eh? Hee..., Bento...?" [Minato]

    "Ya! Aku tak bisa bilang padamu karena aku takut kau mungkin akan menganggapku terlalu mengganggu." [Riko]

    Percakapan kami berubah ke arah yang tak terduga.
    Aku sangat terkejut hingga tak bisa berkata apa-apa. Melihat itu, Hanae Riko langsung memasang wajah khawatir.

    "...Ti-tidak boleh, ya?" [Riko]

    "Bukankah itu merepotkanmu?" [Minato]

    "Tidak sama sekali! Aku sangat ingin mencobanya." [Riko]

    "Mencoba membuat bento?" [Minato]

    "Maksudku... mimpiku adalah membuat... untuk seseorang... penuh kasih." [Riko]

    "Eh?" [Minato]

    Hanae Riko menunduk dan memainkan ujung celemeknya.
    Sebagian besar kata-katanya sangat pelan jadi aku tak bisa mendengarnya.

    "Pokoknya! Aku tak mau tau, aku ingin membuat bento untuk Niiyama-kun, jadi tolong jangan ragu untuk memakannya... Bukan hanya bento, tapi sarapan dan makan malam juga. Apalagi, aku sangat senang jika tubuh Niiyama-kun jadi sehat karena makanan yang kubuat... Ka-karena itu... silakan lanjutkan memakan masakanku..." [Riko]

    ...Luar biasa, Hanae Riko.
    Tak kusangka, ternyata dia sangat suka memasak makanan untuk orang lain.
    Dia mungkin ingin menjadi koki atau ahli gizi di masa depan nanti.

    Kalau begitu, bukankah tak sopan jika menolaknya?
    Kupikir aku sudah terlalu dimanjakan, tapi ternyata aku bakal lebih dimanjakan lagi olehnya...
    Dengan perasaan bercampur aduk, aku membungkuk ke arah Hanae Riko.

    "Kalau begitu... tolong." [Minato]

    "Aku senang...! Aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatkanmu bento yang enak!" [Riko]

    Hanae Riko menyipitkan matanya dan tersenyum lebar.

    ...Ahh, bukankah dia terlalu manis?
    Aku pelan-pelan memahami apa yang terjadi dan aku sadar bahwa satu-satunya yang dapat kulakukan adalah menerimanya.
    Karena Hanae Riko sangat imut, mau tak mau aku berpikir itu baik-baik saja.
    Bahkan, dia tak merasa terbebani dan malah menikmatinya, jadi tak ada alasan lagi untukku menghentikannya.

    Tapi bagaimana bisa hidupku ditimpa oleh segunung kebahagiaan ini...?

    Sekarang aku jadi paham dengan kalimat memalukan, "Terlalu bahagia itu menakutkan".
    Hanae Riko, kupikir dia adalah "seseorang yang baik dan imut", karena itu aku mengaguminya, itulah perasaanku padanya, tapi apa yang terjadi jika aku benar-benar jatuh cinta padanya?
    Jujur, aku agak takut.





<<  ==  >>

0 Komentar