Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 10
Chapter 10 - Sinyal rahasia yang hanya bisa dipahami oleh kami berdua
Penerjemah : DuJu
Selama ini aku tak menyadarinya sampai aku mulai hidup dengan Riko, kalau aku memiliki kebiasaan menggosok hidung dengan jari telunjuk saat malu.
Itupun karena beberapa hari yang lalu, Riko tertawa nakal dan berkata, "Aku menemukan kebiasaan Minato-kun".
Memang benar, terutama ketika Riko tersenyum padaku, aku selalu menyentuh hidungku untuk menyembunyikan rasa malu.
Apalagi, saat Riko berbisik, "Sepertinya aku menyukai kebiasaan itu...", secara refleks aku menyentuh hidungku lagi, yang membuatku semakin malu.
"Niiyama, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" [Sawa]
Bayang-bayang kejadian saat itu lenyap seketika, mendengar suara Sawa dengan nada menggoda.
"Kau sedang memikirkan hal jorok, ya? Apa itu... bagaimana jika kita berbagi dan bersenang-senang?" [Sawa]
"Jangan bodoh! Dan ucapanmu terlalu keras." [Minato]
Aku mencoba memberitahunya bahwa itu bukan topik yang bagus saat di kantin siang-siang begini, tapi seperti biasa, Sawa tak mendengarkannya sama sekali.
Aku menggelengkan kepalaku dan duduk di meja kosong dekat jendela.
Sawa ikut duduk dan meletakkan nampannya di depanku.
Aku membuka bento yang dibuat oleh Riko.
Siswa diperbolehkan membawa bento sendiri ke kantin, jadi ada banyak juga yang membawa bento sepertiku.
Itulah alasannya, meski baru saja jam makan siang berbunyi, kantin sekolah sudah ramai dengan banyak siswa.
"...Ngomong-ngomong, bentomu terlihat sangat enak, Niiyama... Tidakkah sulit membuatnya setiap hari? Aku tak tahu kau jago masak." [Sawa]
"Haha......" [Minato]
Aku membalas Sawa yang terkesan dengan tawa.
Pada hari pertama aku membawa bento, Sawa mengajukan banyak pertanyaan kepadaku, dan aku tak punya pilihan selain berbohong bahwa aku yang membuatnya sendiri.
Aku tidak menceritakan pernikahanku dengan Riko kepada siapapun, termasuk Sawa.
Sebelum kami mulai hidup bersama, Riko dan aku telah berdiskusi dan memutuskan untuk merahasiakannya.
Akulah orang yang menyarankan untuk merahasiakannya, dan Riko langsung menyetujuinya.
Tidak banyak siswa SMA yang sudah menikah, dan Riko adalah tipe gadis yang menarik banyak perhatian, bahkan jika dia hanya duduk diam.
Jadi jika itu diketahui, pasti akan menyebabkan keributan besar.
Aku minta maaf telah menjadi pasangan Riko.
Aku tahu aku adalah orang yang tak percaya diri, bahkan jika mengabaikan fakta itu, tetap tak mungkin pria tak mencolok sepertiku dan gadis tercantik di sekolah bisa seimbang.
Mereka yang tak tahu kalau kami menikah kontrak, pasti akan curiga bahwa Riko memiliki selera yang buruk.
Aku tak ingin reputasi Riko menjadi jelek karenaku.
"Ah... Ayam teriyaki itu terlihat sangat enak. Ayolah, tukeran lauk denganku." [Sawa]
"Tak boleh." [Minato]
"Eh...? Kenapa, sih? Kau kan selalu bisa membuat dan memakannya sendiri." [Sawa]
"Ini punyaku." [Minato]
"......Ada yang salah, nih." [Sawa]
"Eh? A-apa yang salah?" [Minato]
"Niiyama yang kutahu itu selalu mengalah. Mana pernah kau menolak sesuatu?" [Sawa]
Itu menusuk di titik yang tepat.
Sawa benar.
Begitulah aku yang biasanya.
Aku lebih suka mengalah dengan cepat daripada bersaing dengan orang lain.
Tapi kali ini berbeda.
Ini adalah bento yang dibuat Riko untukku.
Bahkan, satu lauk pun tak akan kuberikan.
Aku ingin memberitahu dia betapa lezatnya makanan yang telah dia buat dengan memakan semuanya sendiri.
Aku tak mungkin bersikap kasar kepada Riko, yang telah menghabiskan waktu dan usahanya untuk membuat ini untukku.
...Dan, yah... Akan kukatakan lagi, ini punyaku.
Aku tak mau orang lain memakan bento buatan Riko, meskipun mereka adalah temanku.
"Pokoknya, tak boleh ya karena tak boleh." [Minato]
Sawa menyerah sambil mengeluh karena aku mengelilingi bentoku dengan kedua tangan untuk melindunginya.
Meski begitu, matanya masih menatap teriyakiku, jadi lebih baik aku tetap waspada.
Tiba-tiba, tatapan Sawa beralih.
Karena penasaran, aku menoleh ke belakang ke arah pintu masuk dan melihat Riko sedang memasuki kantin bersama beberapa gadis.
Uwaa...
Aku buru-buru membalikkan badanku lagi hingga menyebabkan sikuku terbentur meja.
"Sakit......!" [Minato]
"Oi oi, kau tak apa?" [Sawa]
"......Tak apa." [Minato]
Sikuku masih berdenting, jadi aku memberinya senyuman canggung.
Setiap kali aku bertemu Riko di luar rumah, aku merasa gugup dan akhirnya menjadi salah tingkah.
Ini tidak baik.
Jika aku selalu gugup setiap bertemu Riko, pasti akan ada yang curiga.
Bahkan, sekarang Sawa menatapku seolah-olah melihat ada yang aneh dariku.
Aku berdeham dan mengambil sumpitku.
Tak sepertiku, Sawa masih mengikuti Riko dengan matanya secara terang-terangan.
"...Jika kau terus menatapnya, mereka akan menyadarinya, tahu?" [Minato]
"Itulah yang kuincar. Apa kau ingat? Ketika aku melihat lapangan sekolah sebelumnya, mataku bertemu dengan mata Riko-hime!" [Sawa]
"Ah, kau memang bilang seperti itu. Maksudku, perhatikan suaramu......! Dia bisa mendengarmu, loh." [Minato]
Riko dan beberapa gadis yang lain duduk di meja yang tak jauh dari kami.
Bahkan dengan suara siswa lain, mereka masih bisa mendengarnya karena suaranya begitu keras.
Sawa menggeser nampan berserta kari di atasnya ke samping dan mencondongkan tubuhnya ke arahku sambil memperhatikan sekitar.
Alih-alih memahami kekhawatiranku, dia malah mengatakan sesuatu sambil menunjukkan bahwa dia percaya padaku.
Mata Sawa benar-benar menggelikan.
"...Sebenarnya, aku rasa dia menatapku kadang-kadang‒‒Itulah yang kurasakan." [Sawa]
"Itu hanya imajinasimu." [Minato]
"Bisakah kau tidak menyangkalnya dengan cepat?! Bukan, itu bukan imajinasiku. Kami memang tak saling bertatap, tapi itu karena ketika aku melihatnya, dia langsung mengalihkan pandangannya!" [Sawa]
"Perhatikan suaramu......" [Minato]
"Mungkin dia malu jika mata kami bertemu, jadi dia mencoba melihatku dari samping. Aku yakin itu! Kurasa seperti itu!" [Sawa]
Saat Sawa mulai antusias mengungkapkan pikiran optimisnya yang tak masuk akal, aku meminum teh hijau dari botol airku sambil memberi tanggapan yang sesuai.
Haaaa... Hangat...
Ini juga disiapkan oleh Riko saat pagi.
Aku selalu diurus oleh Riko.
Setiap kali dia melakukan sesuatu untukku, aku selalu berterima kasih padanya dari lubuk hatiku, tapi tentu saja itu tak cukup.
Sejujurnya, aku sudah mencoba memikirkan cara untuk membalasnya, tapi aku tidak dapat menemukan ide yang bagus sama sekali, dan hari-hari berlalu begitu saja.
Kuharap aku bisa melakukan sesuatu untuk Riko.
Apa yang bisa kulakukan untuk membuatnya senang?
Aku tak tahu sama sekali dan bingung.
Aku takut mengacau dan malah membuatnya terganggu nanti...
Meskipun aku bilang pada Sawa untuk tidak terlalu banyak menatapnya, aku menoleh ke samping dan mencari Riko.
Dia sedang mengobrol dengan gadis di sampingnya, tersenyum, dan mengangguk, lalu tanpa sengaja mata kami bertemu.
Riko dan aku sama-sama kaget dan mengucapkan "Ah" secara bersamaan.
Saat aku terkejut dengan kebetulan itu, Riko dengan lembut menyentuh ujung hidungnya dengan jari telunjuk.
Eee......
Kenapa......?
Itu kebiasaanku yang Riko pelajari dariku.
Apa itu juga kebetulan?
Aku berpikir sejenak, tapi kulihat Riko masih menatapku dan tertawa kecil seperti anak kecil yang berhasil mengerjai seseorang.
Aku memperhatikan senyum di wajahnya.
Aku akhirnya sadar kalau dia mengirimiku sinyal yang hanya bisa dimengerti olehku, jadi tak ada orang yang akan menyadari itu.
Aku buru-buru menutup mulutku yang mengendur agar tak ada yang mengetahuinya.
Gawat......
Aku tak tahu kenapa Riko melakukan itu.
Namun masalahnya, aku tak bisa menahan senyumku.
Itu karena... bagaimana mungkin aku tak senang karena itu...
0 Komentar