Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 13
Chapter 13 - Istriku mengigau dan menyelinap masuk ke dalam kamarku (Bagian 1)
Penerjemah : DuJu
Malam hari, setelah satu minggu aku dan Riko mulai tinggal bersama, Insiden itu terjadi.
Waktu sudah melewati angka 23.00.
Kami bertukar salam dan menuju kamar tidur masing-masing.
Tentu saja kamar kami terpisah.
Meskipun kami sudah resmi menikah, tetap saja kami tak bisa tidur di kamar yang sama karena ini adalah pernikahan kontrak.
Sekarang sedang hujan deras, angin bertiup kencang di luar dan jendela-jendela bergetar hingga mengeluarkan suara menyebalkan.
Samar-samar terdengar suara petir dari jauh.
Menurut ramalan cuaca, besok pagi akan cerah.
Jadi kurasa hujan derasnya akan reda nanti malam.
Aku menyalakan aplikasi musik agar tak terganggu oleh kebisingan di luar dan mulai memejamkan mata.
Perlahan, mendengar lagu dengan setelan otomatis mati setelah satu jam, aku pun tertidur.
------------
Aku biasanya tidur tanpa khawatir dengan petir, tapi entah kenapa aku terbangun di tengah malam itu.
Suara sambaran petir terasa sangat dekat daripada sebelumnya, bahkan bumi terasa bergetar.
Sepertinya itulah yang membangunkanku...
Sambil memikirkan itu di kepalaku yang belum sepenuhnya sadar, aku mengubah posisi bantal.
Tak lama, sensasi nyaman menghampiriku dan aku mulai mengantuk lagi.
Tiba-tiba, aku mendengar suara mencicit dari jauh yang perlahan mendekatiku.
Karena rasa kantuk, aku tak mengenalinya sebagai suara pintu yang terbuka, lalu tiba-tiba punggungku terasa dingin.
"Nnn..." [Minato]
......Apa, sih?
Aku menggeliat dan mencoba menarik kembali selimutku.
Segera setelah itu‒‒
Sepasang benjolan lembut menghantam punggungku.
"...Eh...?" [Minato]
Aku tak lagi kedinginan berkat kehangatannya, tapi bukan itu intinya.
Sesuatu yang sangat lembut yang belum pernah kurasakan seumur hidup, menyentuh punggungku.
"...?!" [Minato]
A......A, a-apa...... Apa yang terjadi......!
Rasa kantukku hilang sepenuhnya.
Karena itu, aku berbalik untuk memeriksa.
Aku tak percaya, itu Riko yang berbaring di sampingku dan tertidur lelap.
......Kenapa......?!
Aku mencoba melompat karena panik, tapi dengan kelopak mata yang masih tertutup, alis Riko berkerut dan suara frustasi keluar dari bibir kecilnya.
"Nnn‒‒... Tak baik meninggalkanku, loh..." [Riko]
"Hah?" [Minato]
Dengan suara menggeram, dia melingkarkan tangannya di tubuhku dan memelukku erat-erat.
Dan ketika aku menjerit kecil karena terkejut, dia meremasku seolah-olah tak ingin aku lepas.
Setiap kali aku mencoba bergerak, rasa lembut yang kurasakan sebelumnya semakin terasa menyentuh kulitku...
Gawat, gawat, gawat, gawat.
Ini buruk...!
"Ri-Riko...... Bangun...!" [Minato]
"Nnn...... Minato-kun, mulai hari ini kau adalah gulingku... suya~" [Riko]
Tak dapat dipercaya......
Ternyata dia punya kebiasaan tidur berjalan......!
Pokoknya, aku harus menjauhi Riko...
Aku tak bisa begitu kurang ajar menikmati kontak dengannya sementara dia tak sadar.
Karena jika Riko mengetahuinya besok pagi, dia pasti akan membenciku.
Kalaupun Riko tak ingat apa yang terjadi malam ini, aku akan selalu mengingat sensasi tubuhnya setiap kali aku melihat wajahnya dan rasa bersalah akan selalu menghantuiku.
Aku memegang bahu Riko dengan kedua tanganku dan perlahan mendorongnya.
Aku lega karena ada sedikit ruang jadinya, tapi ternyata, itu membuat situasinya menjadi semakin konyol.
Aku menyadari sesuatu.
Riko sedang tidur menyamping dengan dadanya yang tak berdaya. Bahkan belahan dadanya, yang biasanya tak pernah terlihat, terlihat dari kerah piyamanya yang berbentuk V.
"......" [Minato]
Ini buruk, mataku terpaku padanya dan aku tak bisa melepaskannya.
Aku tahu ini tak baik, tapi mataku tak mau menuruti pikiranku.
......Tidak, tidak, tidak, tidak.
Bersikap bijaklah, kesadaranku!
Aku menggigit bibirku begitu keras hingga ingin menangis rasanya, tapi aku berhasil berguling dari tempat tidur.
Tak perlu dikatakan lagi, aku duduk di lantai sekarang dan sedang menenangkan diri sambil bernapas seperti binatang, "Fu‒‒... Fu‒‒...".
Karena Riko yang berada di tempat tidurku tak bangun-bangun, pada akhirnya aku tak bisa tidur hingga pagi.
------------
‒‒Dan keesokan paginya.
"A-aku sungguh minta maaf......!" [Riko]
Begitu dia bangun dan memahami apa yang terjadi, dia duduk di lantai dan meminta maaf.
"Waa, Riko! Jangan khawatir! Ayo, berdiri! Kau akan kedinginan jika duduk di sana." [Minato]
"Tapi, aku tak sadar kalau aku..." [Riko]
"Semua orang pasti pernah tidur berjalan. Riko pun tak bisa berbuat apa-apa saat itu." [Minato]
"Itu tidak benar... Sebenarnya, aku punya kebiasaan menyelinap ke tempat tidur orang tuaku saat ada petir... Tapi aku bukan anak kecil lagi, dan aku tak menyangka akan melakukan hal yang sama pada Minato-kun... Seharusnya aku tak boleh malu dan memberitahumu yang sebenarnya... Maaf, bisakah kamarmu dikunci agar aku tak bisa menerobos masuk lagi...?" [Riko]
Ada apa dengan kebiasaan lucu itu...?
Itu sangat imut, apalagi fakta bahwa dia merahasiakannya karena malu.
Tapi ini masalah besar, karena orang yang bersamanya bukan orang tuanya, tetapi aku.
Tak seperti orang tua Riko, aku melihatnya sebagai perempuan, jadi itu berbahaya.
......Riko benar, aku harus mengunci kamar dan melindunginya dariku.
"Oke. Karena hari ini pekerjaanku libur, aku akan mampir ke toko perabot rumah saat pulang sekolah nanti." [Minato]
Dengan begitu, hari ini kamarku memiliki kunci.
Karena Riko biasanya tak ke kamarku saat tidur, aku membiarkan pintunya tak terkunci seperti biasa. Tapi sejak kejadian itu, aku perlu menguncinya.
Aku mengangguk pada Riko di lorong depan kamarku, mengucapkan "Selamat malam" dan mengunci pintu.
Malam ini, aku tak bisa tidur, tapi itu wajar.
Aku memainkan handphone, memejamkan mata dengan paksa, menghela napas, lalu bangun...
Aku terus mengulangi hal itu, hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan jam 2 malam, samar-samar terdengar suara langkah kaki yang bercampur dengan suara petir.
Beberapa detik kemudian‒‒ Klik, klik...
Aku mendengar suara seseorang yang mencoba memutar kenop pintu yang terkunci.
Itu pasti Riko.
Sudah kuduga, dia pasti akan tidur berjalan dan datang ke kamarku lagi malam ini.
Aku menahan napas sambil merasakan pergerakan Riko.
Seolah Riko yang tidur pun sadar kalau pintunya tak bisa dibuka, kenop pintu berhenti bergerak.
Namun, segera setelah itu, aku mendengar suara dentuman, seolah-olah ada sesuatu yang bersandar di pintu.
"Eh...?" [Minato]
Jangan-jangan‒‒
0 Komentar