Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 19
Chapter 19 - Istriku yang tak ternilai bertambah semangat saat dipuji
Penerjemah : DuJu
Area di sisi tenggara Yokohama yang menghadap Teluk Tokyo, telah dibuka untuk umum pada awal periode Edo akhir, dan masih ada banyak bangunan bersejarah bergaya barat disana.
Tempat itu adalah salah satu rute karyawisata favorit bagi siswa di Prefektur Kanagawa.
Aku juga ingat pernah mendengar kalau area itu sangat populer di kalangan penggemar arsitektur.
Contohnya, Gedung Pemerintahan Prefektur Kanagawa, Balai Peringatan Pembukaan Pelabuhan Yokohama, dan Rumah Bea Cukai Yokohama, yang ketiganya juga dikenal sebagai "Tiga Menara Yokohama" atau biasanya disebut juga Raja, Ratu, dan Jack.
Ketiga menara itu semuanya bergaya barat dan memiliki penampilan yang megah dan mewah, sehingga menarik perhatian orang yang melewatinya.
Di antara ketiga menara itu, Aku pernah mengunjungi dua menara yang lain saat karyawisata SMP selain Jack. [TL: klo di google, King = Gedung Pemerintahan, Queen = Bea Cukai, dan Jack = Balai Peringatan...]
Namun, hanya sebatas itulah yang kutahu, aku tak tahu hal-hal penting ataupun sejarah dari setiap bangunannya lagi.
Kuyakin bukan aku saja, tapi begitu juga sebagian besar teman sekelasku.
Tentu saja, Sawa dan Asakura juga.
Karena itu, kupikir kami akan berakhir dengan pelanga-pelongo saja.
Sama seperti di Yokosuka, tempat kami melakukan karyawisata tahun lalu.
Bagi orang-orang yang tak mengerti, bangunan penting hanyalah sebuah bangunan tua pada akhirnya.
Tapi Riko mematahkan asumsiku itu.
"Gedung ini dibangun pada tahun 1931 sebagai Konsulat Inggris, dan telah digunakan sebagai Museum Pembukaan Pelabuhan Yokohama sejak tahun 1981." [Riko]
Aku melihat ke arah bangunan bergaya barat yang memiliki dinding putih dan jendela yang berkisi-kisi, lalu menghela napas.
Ada banyak tanaman hijau di sekitar bangunan dan dindingnya pun juga tertutupi dengan tanaman ivy di berbagai tempat.
Di pintu masuk gedung, ada patung batu singa dengan mulut terbuka, mengingatkanku kalau dulu itu digunakan sebagai sumber air.
Entah kenapa suasananya menjadi romantis dan seakan-akan aku sedang melakukan perjalanan waktu ke dimensi lain.
"Lihat halamannya! ‒apa kalian lihat pohon tabunoki yang sangat besar itu? Pohon itu telah ditanam di sini sejak Yokohama masih merupakan desa nelayan yang kecil, itu juga digambarkan dalam lukisan Heine tentang kedatangan Komodor Perry." [Riko]
Menakjubkan......
Kelompok kami adalah satu-satunya yang memiliki pemandu yang sangat imut......
"Ada kisah aneh tentang pohon itu. Saat terjadi kebakaran besar di tahun kedua Era Keiou dan Gempa Besar Kanto, semua orang berpikir pohon itu sudah mati, tapi ternyata malah muncul tunas baru dan pohon itu hidup kembali." [Riko]
Pohon itu begitu megah sehingga sulit dipercaya kalau itu hampir lenyap oleh kebakaran atau gempa bumi, bahkan daunnya yang subur pun masih berayun dengan indahnya.
"Itu luar biasa..." [Minato]
Sambil melihat ke atas pohon, kata-kata itu terucap secara alami olehku.
Tapi bukan hanya kisah pohonnya saja yang menakjubkan, tapi...
"Eh? Aku terkejut. Kenapa kau bisa tahu banyak, Riko?!" [Asakura]
Asakura menanyakan hal yang sama dengan yang kupikirkan sekarang.
Sawa yang di sampingku, juga membuka matanya dan mengangguk.
"Hehe, sebenarnya, aku mempelajarinya kemarin. Minato-kun pernah memberitahuku, 'Memang benar kita sangat menantikan karyawisata, tapi tetap saja, kita tak bisa menikmatinya jika kita tak mengerti tempat apa yang kita datangi'." [Riko]
"Minato, kau mengatakan itu? .....lebih tepatnya, kau...... kau sendiri berbicara dengan Hanae-san?" [Sawa]
Aku panik saat Sawa memojokkanku.
Aku memang bilang seperti itu.
Tapi itu adalah percakapan aku dengan Riko saat makan malam, pada malam hari kami memutuskan rute karyawisata.
Sebenarnya saat itu, setelah aku mengucapkan itu, aku berbicara dalam hati, "Tapi kali ini karena aku satu kelompok dengan Riko, aku jadi sangat-sangat menantikannya".
Atau lebih tepatnya, itulah motivasiku sejauh ini.
Aku tak bisa mengatakan itu pada Riko, jadi sepertinya dia menyangka kalau aku menganggap karyawisata itu membosankan.
Sampingkan itu, saat ini aku dalam masalah.
Sawa mulai terlihat sedikit curiga karena kegagapanku.
Ya ampun...
Riko yang sepertinya juga berpikir kalau dia telah melakukan kesalahan, terlihat pucat dan diam.
Saat mata kami bertemu, dia membuat isyarat "maaf" dengan bibirnya, lalu aku membalas "tak apa" dengan isyarat juga.
Karena sudah terjadi, mau tak mau aku harus menutupinya agar Riko tak merasa bersalah lagi.
"Kau lupa, ya? Aku memang bilang begitu." [Minato]
"Aku tak ingat sama sekali...... Kau diam-diam berbicara padanya saat kita mengobrol, ya? Dasar pengkhianat." [Sawa]
"Tidak, itu bukan saat kita mengobrol. Aku hanya bergumam sendiri seperti biasa." [Minato]
"Ah, itu masuk akal." [Sawa]
Sawa mempercayai itu karena memang itulah kebiasaanku.
Aku lega melihat ekspresi curiga Sawa telah menghilang dari wajahnya.
"Tapi itu hebat, bukan? Riko gituloh~ Aku takkan pernah bisa mengingat itu. Sangat lucu bahwa pohon itu benar-benar selamat!~" [Reina]
"Oh, aku juga setuju dengan Asakura-san...!" [Sawa]
"Ya. Aku pun." [Minato]
Dan Sawa pun kembali menjadi seekor beo lagi.
Seperti yang Asakura bilang, berkat ingatan Riko, aku menjadi tertarik pada pohon dan bangunan ini.
"Ano, terima kasih sudah mempelajarinya...... Dan itu jadi menarik berkat penjelasanmu......" [Minato]
"......! Syukurlah......" [Riko]
Riko meletakkan tangannya di dadanya dan menarik napas eolah-olah dia lega dengan perkataanku.
Tak hanya aku, begitu juga Sawa dan Asakura yang tersipu karena betapa imutnya Riko.
Aku paham. Aku paham sekali itu.
Sesuatu yang lucu dan imut dapat memberikan kebahagiaan tanpa memandang jenis kelamin......
Setelah itu, Riko bertindak sebagai pemandu kami dan kami pun dapat menikmati waktu kami di museum sejarah Yokohama sepenuhnya.
"Sekarang, ayo kita bertemu Kostum-kun!" [Riko]
"Apa itu Kostum-kun?!" [Reina]
Sekali lagi, Asakura menanyakan hal yang sama dengan yang kupikirkan.
"Kalau ingin tahu, kamu harus sabar sampai kita tiba di sana...!" [Riko]
[TL: catatan penting... Gedung Bea Cukai Yokohama itu juga punya nama lain "Costums House Yokohama", dan... Kostum-kun/Costums-kun itu patung boneka binatang "mirip anjing" di depan pintu masuk gedungnya... nih <gambar>-nya...]
Riko yang sebelumnya hanya mengikuti Asakura, mulai berjalan dengan sangat gembira.
Kalau dipikir-pikir, bahkan saat di museum, langkah kakinya juga sangat ceria.
Mungkinkah, Riko...... jadi bersemangat?
Tentu, jika hasil jerih payah kita untuk belajar diakui, kita akan jadi semangat.
Bahkan aku pun begitu.
Semua orang pasti akan senang ketika mereka dipuji atas usaha mereka.
......Tapi melihat kau seperti itu, malah membuatmu terlihat makin imut.
Sudah aku putuskan.
Aku akan lebih banyak lagi memujimu, Riko.
Aku sungguh berpikir.
Ada sangat banyak hal-hal baik tentang Riko, dan jika aku melihatnya dari sudut pandang orang ketiga, betapa memalukannya diriku dibandingkan dirinya yang luar biasa.
0 Komentar