Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 23
Chapter 22 - "Aku...... sudah tak bisa menahan perasaanku lagi..." [Riko]
Penerjemah : DuJu
"Iya... Dari dulu, hanya orang itu yang ada di hatiku. Minato-kun, kamu ingat tidak? Anak laki-laki yang menolongku ketika aku sendirian saat TK dulu." [Riko]
Aku mengangguk diam.
Mana mungkin aku lupa cerita yang diceritakan Riko kepadaku.
Anak laki-laki itu adalah pahlawannya saat kecil, yang disebutkan Riko saat dia bercerita tentang masa kecilnya dulu sebelum kami mulai hidup bersama.
"Kau sungguh menyukai anak itu, kah? Tapi itu saat masih TK, loh? Bukankah itu cuma teman masa kecil?" [Minato]
Aku bertanya karena heran, apakah hubungan seperti yang ada di manga dan novel ringan itu benar-benar ada, tapi Riko tertawa dan menyangkalnya.
"Setelah lulus dari TK, aku harus pindah ke luar negeri karena pekerjaan ayahku, jadi kami tak bisa bertemu lagi setelah itu. Tapi setelah aku menjadi siswa SMP dan kembali ke Jepang, aku bertemu lagi dengannya... ‒‒dia sama baiknya seperti saat dia kecil. Ketika melihatnya tersenyum malu, hatiku terasa penuh sukacita... Hingga akhirnya aku menyadari, 'Ah, ternyata selama ini aku sudah jatuh cinta dengan pria ini sejak aku berusia lima tahun', dan begitulah jadinya." [Riko]
"... A-ah, seperti itu rupanya." [Minato]
Aku berjuang menyembunyikan rasa terkejutku dan hampir tak bisa menahan senyum masam di wajahku.
Aku berpikir dengan dangkalnya kalau orang yang disukai Riko adalah aku.
Namun, harapan itu sirna dalam sekejap.
Pada saat yang sama setelah aku menyadarinya, rasa sakit menyerangku dengan hebat.
Apa-apaan ini...
Ini pertama kalinya, dadaku merasa sangat sakit seperti ini.
Darahku terasa mendidih, dan semua indraku pun berhenti.
Hanya dengan mengetahui gadis di depanku ini sudah memiliki orang yang dicintainya, membuatku hancur berkeping-keping.
Akhirnya aku paham.
Perasaanku ini tak diragukan lagi adalah perasaan cinta.
Terlebih lagi, fakta bahwa karena rasa sakit patah hati ini yang membuatku sadar akan perasaanku, menunjukkan betapa amatirnya diriku dalam hubungan asmara.
Setelah itu, aku tak ingat lagi apa yang terjadi.
Yang kuingat hanya aku mengucapkan kata-kata yang aku sendiri pun tak mengerti, lalu berlari ke kamar dan meninggalkan Riko yang bingung di belakang...
Mungkin karena sangat terkejut, ingatanku menjadi kabur.
------------
Selama beberapa hari setelah itu, aku tak bisa melihat wajah Riko dengan benar.
Ketika dia mengajakku berbicara, aku pun berbicara dengan normal, hanya saja mataku tak menatapnya seperti sebelumnya.
Aku juga selalu langsung ke kamarku setelah makan.
Dan malam ini pun juga, aku hanya menghabiskan waktu di kamar.
"... Aku bosan sekali." [Minato]
Sebelumnya, aku sudah terbiasa dengan hidup sendiri.
Namun, karena aku selalu menghabiskan waktu bersama Riko, sekarang baru terasa betapa banyaknya waktu luang yang kumiliki.
"Hahh... Pergi ke supermarket enak kali, ya?" [Minato]
Aku berbicara sendiri dan bangun.
Saat aku melangkah keluar ke lorong, pintu kamar seberang terbuka seolah-olah sengaja menungguku keluar.
"Minato-kun?" [Riko]
Aku terkejut.
Wajah Riko terlihat dari celah pintu, dan setelah hening sejenak, dia berkata dengan suara bergetar.
"... Kamu menghindariku, ya...?" [Riko]
"Eh?! I, i, i-tu tidak mungkin, tahu...?!" [Minato]
"...Bohong!" [Riko]
Riko memelototiku.
Itu tidak adil, kau malah terlihat sangat imut saat seperti itu.
Dan sayang sekali, aku terpesona denganmu yang menyukai orang lain. [TL: waduhh... kek lagu apa ya?]
Akhhh.
Dadaku pedih...
Aku merasa ingin menangis.
"... Minato-kun, aku‒‒" [Riko]
"Maaf! Aku mau ke supermarket sebentar...!" [Minato]
"Ah..." [Riko]
Maafkan aku, Riko.
... Aku masih belum siap berbicara denganmu dengan normal seperti biasa.
Aku menyelinap melewatinya dan melarikan diri.
Ya, aku tahu, hal yang kulakukan itu sangat menyedihkan, bukan?
------------
‒‒sudah satu jam, aku berada di supermarket.
Aku tak bisa langsung pulang, jadi aku menghabiskan waktu dengan melihat-lihat isi supermarket.
Tapi, aku tak mungkin melakukan itu sampai pagi, kan?
Aku menghela napas dan meletakkan majalah berita di tempatnya.
Kemudian aku berjalan pulang dengan memakan waktu yang lebih lama dari seharusnya.
Di dalam lift, aku mengambil napas dalam-dalam.
Aku berencana membuka pintu depan secara diam-diam dan menyelinap ke kamar tanpa Riko sadari.
Dengan sangat hati-hati, aku membuka kunci pintu diam-diam dan membukanya dengan pelan.
Tapi ternyata...
"Riko...?!" [Minato]
Di depan pintu, aku melihat Riko sedang duduk meringkuk.
"... Aku menunggumu." [Riko]
"Tidak mungkin, selama ini...?!" [Minato]
Riko menganggukkan kepalanya.
Perilakunya seperti seekor anjing setia yang menunggu pemiliknya kembali selama berjam-jam ini sungguh membuatku gelisah.
Segitu inginnya kah kau berbicara denganku...?
Segitu tak inginnya kah aku menghindarimu...?
... Tidak, itu wajar, sih.
Kami tinggal di atap yang sama.
Jika orang itu menghindariku tanpa aku tahu alasannya, aku pasti akan khawatir juga.
Aku bahkan tak sadar kalau aku sudah bertindak egois karena tak ingin terluka...
Aku sungguh yang terburuk.
Riko memiliki seseorang yang disukainya atau tidak, itu tak masalah.
Tak mungkin aku bisa membuatnya menyukaiku jika aku bersikap seperti ini.
"Maafkan aku..." [Minato]
Aku meminta maaf pada Riko untuk semuanya, dan dia perlahan berdiri lalu mendekatiku.
Tanpa sadar aku menulan ludah.
Kulihat Riko membuat ekpresi sedih di wajahnya.
"Minato-kun, maukah kamu mendengarku...?" [Riko]
"Y-ya." [Minato]
Aku mengepalkan tanganku, menunggu Riko berbicara.
Jujur, aku sangat takut.
Mungkin dia akan memarahiku karena sikapku yang buruk.
"... Minato-kun, apa kamu masih takut dengan perempuan?" [Riko]
"Eh?" [Minato]
...... Kenapa Riko tahu itu?
...... Mungkinkah terlihat jelas dari sikapku?
Aku sama sekali tak bisa mengobrol dengan anak perempuan di kelas, dan bahkan menerima kertas selebaran dari mereka saja sudah membuatku salah tingkah.
Tapi baru-baru ini, aku mulai bisa melakukannya.
Walau kadang aku tergagap karena bingung ingin berbicara apa.
Aku mengangguk terhadap pertanyaan Riko, sambil merasa malu dengan kelemahanku.
"... Apa kamu takut juga denganku?" [Riko]
Mendengar itu aku terkejut dan membuka mataku.
Aku takut dengan Riko?
... Awalnya memang begitu.
Untuk lebih jelasnya, aku merasa tertekan menghadapi gadis cantik seperti dia dan bahkan membuatku lebih gugup daripada gadis lain.
Tapi sekarang...
Aku telah tersentuh oleh kebaikan Riko, mengetahui betapa imutnya dia, aku pun mengaguminya, dan bahkan sebelum aku menyadarinya, aku jatuh cinta padanya......
Karena itu, tak seperti gadis lain, dia menjadi orang yang bisa menghancurkan hatiku kapan saja.
"......beda." [Minato]
Aku jatuh cinta padanya, itulah kenapa aku takut, tapi karena itu juga dia istimewa bagiku.
Tak mungkin aku akan menempatkan dia dalam kategori yang sama dengan gadis-gadis lain.
"Riko berbeda dari gadis-gadis lain...!" [Minato]
Tanpa sadar, sebuah suara yang kuat keluar dari mulutku hingga aku pun terkejut.
Riko, yang selama ini memasang wajah sedih, ikut terkejut dan menutup mulutnya dengan tangannya.
"... Kalau begitu, aku... aku takkan menahan perasaanku lagi......" [Riko]
"Menahan perasaanmu...?" [Minato]
Riko menggelengkan kepalanya lalu perlahan mengulurkan tangannya ke arahku.
Aku berdiri dengan bingung disaat Riko meraih ujung bajuku.
"Minato-kun, jika ada yang kamu tidak suka dengan apa yang kulakukan selama ini, katakan saja padaku! Maka aku takkan melakukannya lagi...... Tapi jika aku tak melakukan apapun, aku merasa kau mungkin akan meninggalkanku juga, seperti saat ini...... Karena itu, walaupun kamu melarangku untuk mengungkapkan perasaanku, aku takkan berhenti......" [Riko]
[TL: kalau kalian bingung ama yang Riko bilang, gini... Jadi maksud si Riko "ngungkapin perasaan"nya itu, dia ingin ngelakuin terus apa yang Riko inginkan sebagai istrinya Minato... Karena Riko itu‒‒‒klean bisa nebak sendiri, kan...]
"Tu-tunggu, Riko. Aku tak tahu apa yang kau bicarakan..." [Minato]
Apa yang Riko bicarakan?
Aku paham tentang aku yang membuat Riko khawatir karena menghindarinya.
Tapi aku tak mengerti lagi sisanya, seakan-akan aku sedang mendengar sandi rahasia. [TL: nah... MCnya aja gk ngerti...]
Riko tertawa melihatku yang kebingungan.
"Benar-benar seperti Minato-kun banget, ya...... Tapi itulah......‒‒‒ka darimu." [Riko] [TL: hayuk tebak Riko ngomong apa?!]
"E-eh?" [Minato]
"Maksudku, Minato-kun, jika ada sesuatu yang kulakukan tidak kamu suka, beri tahu aku. Setuju...?" [Riko]
Aku tak berpikir ada yang salah dari yang Riko lakukan...
Tapi karena dia mengunggu jawabanku dengan wajah serius, jadi aku menjawab, "Oke".
Mendengar itu, Riko langsung membalas memastikan, "Beneran, loh...?", dan akhirnya menunjukkanku senyumnya yang biasa.
...... Karena aku menghindari Riko, senyum itu sempat menghilang.
Memikirkan itu, aku menyadari betapa bodohnya diriku ini karena melakukan itu.
Aku tak akan pernah melakukan hal seperti itu lagi.
Tak peduli seberapa banyak diriku terluka di masa depan karena cintaku yang tak terbalas.
Aku tak akan membiarkan Riko menderita.
Itulah yang kuputuskan.
0 Komentar