Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 24
Chapter 24 - Hari minggu kuhabiskan dengan bermain game bersama istriku atas permintaannya
Penerjemah : DuJu
Baru-baru ini, Riko sering kali mengajakku pergi.
Saat aku sedang santai sehabis makan malam.
"Minato-kun, apa kamu ada rencana? Kalau kamu luang, aku ingin kamu menghabiskan waktu bersamaku..." [Riko]
Kalau kau berkata dengan imut begitu, apapun jadwalku pasti akan langsung kubatalkan untuk memenuhi permintaan Riko.
Yah, aku memang tak punya rencana sih.
Dan bahkan hari ini, saat aku libur kerja juga.
"Minato-kun, apa kamu libur hari ini?" [Riko]
"Iya. Sudah lama aku tak libur kerja saat hari Minggu." [Minato]
"Lalu apa yang mau kamu lakukan sekarang?" [Riko]
"Hmm..." [Minato]
Aku biasanya menonton film setelah bekerja, jadi kupikir aku akan bermain game saja kali ini.
Ketika aku memberitahu itu padanya, Riko langsung menjawab kalau dia ingin melakukan itu bersama.
Aku memiliki PS4 dan Switch Lite yang kubeli baru-baru ini, jadi tak ada kata mustahil untuk bermain bersama dengannya.
"... Gimana kalau kita main ini? Ini adalah game berburu, Riko pasti bisa menikmatinya." [Minato]
"Aku ragu bisa memainkannya dengan baik, tapi jika bersama Minato-kun, itu pasti bakal menyenangkan." [Riko]
Ah, tekanan apa ini...?!
Kalau begini, akan kupastikan Riko menikmati permainannya!
Sehabis sarapan, kami berdua duduk di sofa ruang tamu dan mulai bermain game.
Di meja depan TV, terdapat ginger ale dan makanan ringan yang telah disiapkan Riko.
Sejak aku bilang, "Dari semua macam minuman berkarbonasi, aku paling suka ginger ale.", kulkasku selalu tersedia ginger ale.
Pengabdian Riko sungguh terlihat jelas dari kebiasaannya yang selalu memerhatikan hal-hal sepele seperti itu.
Tapi bukan itu yang membuatku jatuh cinta pada Riko.
Melainkan, kemampuannya untuk menemukan apapun yang membuatku bahagia hanya dengan mendengarnya dari obrolan biasa dan melakukannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, benar-benar berharga bagiku.
Dia seperti seorang Dewi, bukan...?
"Minato-kun? Kamu kenapa?" [Riko]
"Ah! Ti-tidak apa-apa! ‒‒Pertama-tama, ayo buat karakter dulu." [Minato]
Aku akan menghabiskan hari liburku dengan bermain game bersama gadis yang kucintai.
Aku tak boleh berpikir yang tidak-tidak.
Bisa-bisa aku malah jadi ceroboh nanti.
Bagaimanapun, aku harus melakukan yang terbaik agar Riko tak menyesal telah bermain denganku.
Aku melakukan yang terbaik untuk mengajari Riko segalanya mulai dari pembuatan karakter hingga cara bertarungnya.
Dan setelah semuanya siap, kami pergi ke lapangan bersama-sama.
Riko terlihat canggung karena dia tak terbiasa dengan game seperti ini, tapi aku suka dengan sisinya yang itu.
Ah, apa mungkin karena itu sebabnya?
Aku biasanya tak peduli jika karakterku diserang, tapi beda lagi ceritanya jika itu adalah karakter Riko.
Hanya melihat musuh mengejarnya saja membuatku jengkel, dan aku pun secara alami memiliki perasaan untuk tak membiarkannya mati, apapun yang terjadi.
Aku pasti akan melindungi Riko.
"Hebat...! Minato-kun, kenapa kamu kuat sekali...?!" [Riko]
"Haha... Aku hanya sudah terbiasa." [Minato]
"Kurasa bukan karena itu saja, karena aku merasa aku takkan pernah bisa melakukan itu. Kau sungguh hebat, tahu? Apa ada rahasianya?" [Riko]
"Gimana ngomongnya ya... Saat ini, aku hanya berpikir untuk melindungi Riko dan tanpa sadar aku melakukannya." [Minato]
"...Eh? Melindungiku, kau bilang..... Tunggu. Mengatakan itu secara tiba-tiba, itu tidak adil. Hatiku belum siap......" [Riko]
"Hah?" [Minato]
Entah kenapa, Riko membenamkan wajahnya di bantal yang berada di pangkuannya sedari tadi dan menggeliat.
E-eh?
"...Huahh...... aku bisa mati karena syok, nih..." [Riko]
Suara Riko teredam, jadi aku tak bisa benar-benar memahami isinya.
Aku tak tahu kenapa dia meremas bantal dan mengepakkannya, tapi yang jelas, perilakunya sangatlah imut.
"Minato-kun, kekuatan seranganmu terlalu tinggi..." [Riko]
Riko yang masih memegang bantal dengan kedua tangannya, menatapku.
Tidak, kalau kita berbicara tentang kekuatan serangan, mata Riko yang menatapku, itu berbahaya...
"Lihat, aku memiliki kekuatan serangan yang tinggi karena aku sudah lama bermain, jadi perlengkapanku lumayan baik." [Minato]
"... Dasar bebal." [Riko]
"Bebal?" [Minato]
Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?
Aku tak tahu, keimutan Riko membuatku tak bisa berpikir banyak.
...... Tak boleh. Aku sudah cukup beruntung.
Aku lupa kalau Riko sudah memiliki orang yang dicintainya dan malah menikmati situasi saat ini dengan bahagia.
Tapi, tunggu.
... Oh iya, itu benar.
Tak peduli aku suka atau tidak, fakta bahwa Riko sudah memiliki orang yang dicintainya itu tetaplah sama.
Jadi, daripada aku menghabiskan waktuku untuk meratapi hal itu lalu putus asa, lebih baik aku melupakannya saja dan menikmati waktuku bersama Riko...!
Itu bukan berarti aku sudah tak pesimis lagi, tetapi karena waktu yang diberikan Riko padaku hari ini sangatlah luar biasa, sehingga memaksaku untuk memutarbalikkan pemikiranku yang sudah mendarah daging.
"Nee, Minato-kun. Baju besi ini, apa bahannya?" [Riko]
"Bahan?" [Minato]
"Ya, ya! Yang mana yang akan menjatuhkan bahan untuk ini?" [Riko]
"Ah, itu inti utama dari Naga Kutub. Itu berasal dari quest boss yang cukup sulit, tapi jika aku pemimpin partynya, aku bisa membawamu." [Minato]
"Apakah akan sulit denganku?" [Riko]
"Hmm." [Minato]
Jelas bahwa Riko yang baru mulai hari ini dan aku yang sudah agak mengendur akhir-akhir ini, akan menjadi pertarungan yang cukup sulit.
Ini akan seperti bergantung pada keberuntungan untuk mengharapkan sebuah keajaiban.
Tapi jika keajaiban itu benar-benar terjadi...
‒‒Aku akan menikmati waktu yang kuhabiskan bersama Riko dengan sempurna.
"Yosh, Riko, ayo kita tantang." [Minato]
"Ya...! Aku mungkin akan menjadi beban, tapi aku akan melakukan yang terbaik...!" [Riko]
Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi pelindung Riko.
Tak hanya itu, jika memungkinkan, aku ingin mengalahkan musuh dan memberi Riko rasa kemenangan juga.
Yosh, apa kamu ingin menantang?
Aku menggertakkan gigi dan kembali menggenggam controller.
------------
‒‒dan 45 menit kemudian.
Setelah pertempuran sengit, kami pun menang.
Keajaiban benar-benar telah terjadi.
... Aku hanya terus berpikir untuk menyelesaikannya.
Aku ingin menikmati situasi ini sebanyak mungkin.
Hanya karena aku bertepuk sebelah tangan, bukan berarti aku harus pesimis.
Bahkan jika aku bukan orang yang Riko cintai, aku sudah cukup senang bisa bersamanya, jadi aku tak boleh menghancurkan kegembiraan kecil ini dengan tanganku sendiri.
Hei, pria yang disukai Riko.
Aku tak tahu siapa kau, tapi bukan kau, akulah yang di samping Riko sekarang, dan aku akan memonopoli senyumnya yang super imut ini...!
0 Komentar