Chapter 26 - Apa yang diinginkan istriku dari permainan hukuman? (Bagian 2)

Penerjemah : DuJu

    "Yah, aku kalah deh..." [Riko]

    Dengan bahu yang turun, Riko menundukkan kepalanya.
    Dan di depannya, aku memegang kepalaku.

    Kenapa malah seperti ini......
    Aku tak tahu kalau kalah itu ternyata lebih sulit daripada menang...

    "Ah! Bagaimana kalau kita anggap ini hanya latihan lalu kita bermain lagi?!" [Minato]

    "Fufu... Kamu sangat baik, Minato-kun. Tapi, taruhan tetaplah taruhan. ‒‒‒Hmm, maukah kamu bermain Othello lagi denganku?" [Riko]

    "Tentu." [Minato]

    "Yey... Kalau begitu, kali ini Minato-kun yang menang!" [Riko]

    "Okelah kalau begitu." [Minato]

    Memang, sih... Tak sopan rasanya meminta untuk mengulang permainan.
    Dan meskipun Riko terlihat frustasi, dia memiliki ekspresi puas di wajahnya.
    Riko, apakah kamu menikmati bermain Othello bersamaku?
    Kuharap begitu.

    "Kalau begitu, Minato-kun, tolong katakan padaku apa yang kamu inginkan?!" [Riko]

    "..." [Minato]

    Ini dia.
    Karena aku menang, itu artinya aku bisa meminta apapun dari Riko.

    Aku mau apa ya......
    Dia bilang dia akan melakukan apapun yang kumau......
    Mi-misalnya...... berpegangan tangan...?
    Ah jangan bercanda, tentu saja itu tak boleh!

    Aku buru-buru mengusir semua pikiran aneh yang muncul dari pikiranku.

    Hal-hal semacam itu harus sama-sama mau!
    Aku tak boleh memaksanya melakukan itu.

    Untung saja aku sadar, kalau tidak, mungkin aku akan dicap sebagai pelaku pelecehan seksual.

    "... Minato-kun, apa kamu sedang ada masalah...? Atau jangan-jangan tak ada yang kamu inginkan dariku...? ...... Ternyata aku tak menarik bagi Minato-kun, ya......" [Riko]

    "Bukan! Ada sesuatu yang sangat kuinginkan, tapi resikonya terlalu besar...!" [Minato]

    "Eh? Kenapa? Aku akan melakukan apa yang Minato-kun inginkan, apapun itu, loh!" [Riko]

    "......" [Minato]

    Ah, aku lupa.
    Riko adalah orang yang selalu melakukan segalanya untuk orang lain, lebih dari apapun.

    "A-ah, ngomong-ngomong, Riko... Jangan berkata seperti itu!" [Minato]

    Kurasa aku sudah memperingatkannya sebelumnya.

    Sepertinya aku harus segera meminta sesuatu agar Riko tak membicarakan hal-hal aneh lagi.
    Ah! Gimana kalau aku meminta Riko menjawab 5 pertanyaan juga?

    Selama ini aku tak berani bertanya pada Riko tentang dirinya sendiri.
    Tapi, karena alurnya sudah terbuka lebar, kurasa aku bisa bertanya padanya.

    "Bolehkah aku bertanya tentang dirimu juga, Riko...?" [Minato]

    "......! Tentu saja! Aku senang Minato-kun tertarik padaku...!" [Riko]

    Sebenarnya, aku sangat tertarik padamu, sehingga aku punya banyak pertanyaan untuk kuajukan.
    Tapi...... jika aku terlalu terlena, aku takut perasaanku akan terungkap.
    Aku harus benar-benar selektif dalam pertanyaanku...
    Ah, tapi semakin aku berpikir, semakin sulit memutuskan pertanyaan apa yang harus kuajukan...

    Riko bilang dia akan menjawab lima pertanyaan, tetapi semakin banyak pertanyaannya, semakin banyak pula kemungkinanku menggali kuburanku sendiri.
    Jadi aku meminta Riko kalau aku akan mengajukan tiga pertanyaan saja untuk saat ini.

    "Kalau gitu, ayo ajukan pertanyaan pertamamu!" [Riko]

    "O-oke." [Minato]

    Sekarang, pertanyaan yang ingin kutanyakan pada Riko adalah‒‒
    Pertama, ada satu pertanyaan yang mengganjal di kepalaku.
    Dan itu adalah jenis pertanyaan yang mungkin tak akan bisa kutanyakan jika tak ada kesempatan ini.

    "Itu‒‒... orang seperti apa yang Riko suka...?" [Minato]

    "... Minato-kun, apa kamu tertarik dengan orang yang kusuka?" [Riko]

    "E, a, umm, y-yah. Gimana, ya... Aku hanya penasaran apa aku bisa meminta nasihatmu tentang itu kapan-kapan!" [Minato]

    Saat aku membuat alasan yang menyedihkan, entah kenapa Riko menghela napas dengan wajah kecewa.

    "Aku salah paham lagi......" [Riko]

    "Eh?" [Minato]

    "Oke, aku akan membicarakan tentang orang yang kusukai! Etto, gimana ngomongnya, ya?" [Riko]

    Riko menggeliat malu dan menyatukan ujung jarinya, lalu menatap langit dengan wajah terpesona.

    "Orang itu... aku belum pernah bertemu orang sebaik dia. Dia sangat mudah diajak bicara dan selalu memberiku nasihat yang baik...... Juga, dia punya mata yang bagus, pokoknya dia sangatlah keren... ehehehe." [Riko]

    ......Haha.
    Tipe yang sangat bertolak belakang denganku.
    Tak ada satupun yang mirip dengan diriku.

    Riko terlihat sangat senang membicarakan orang yang dia suka.
    Aku merasa seperti akan mati karena iri dengan orang yang dipikirkan Riko hingga membuatnya seperti itu.

     "Tapi...... kalau kau begitu menyukainya, kenapa kau tidak menembaknya?" [Minato]

    Itu adalah pertanyaan keduaku.
    Walau aku menanyakannya karena alur percakapan, tapi berkat itu, aku dapat menanyakannya secara alami.

    "......" [Riko]

    Riko yang terlihat sangat bahagia sampai saat ini, menunduk sedih.

    "Aku sudah ditolak." [Riko]

    "Eeee......!!!" [Minato]

    Menolak Riko yang imut ini......
    Itu mustahil......
    Apa orang itu goblok...?!!

    Melihatku yang terkejut, Riko melanjutkan.

    "Tapi... walaupun aku bertepuk sebelah tangan. Berkat orang itu, aku menikmati hidupku setiap hari." [Riko]

    "... Begitu, ya." [Minato]

    Kau pasti sangat menyukai pria itu, walaupun kau ditolak, kau masih tak menyerah dan terus memikirkannya...
    Mendengarnya sendiri darimu, itu sungguh menyayat hati.

    Jika aku terus melanjutkan topik ini lebih lama lagi, bisa-bisa aku sakit jiwa.
    Jadi aku memutuskan untuk mengubah arah pertanyaan terakhirku.

    Hari-hari sebelumnya, ketika aku ingin berterima kasih pada Riko karena sudah mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik, aku tak tahu apa yang dia suka.
    Karena itulah, aku ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya.

    "Lalu pertanyaan terakhir, jika aku bilang padamu, 'aku akan melakukan apapun yang kau inginkan', apa yang Riko ingin aku lakukan?" [Minato]

    "Ee... E-eh.... Ehh?!!" [Riko]

    Riko langsung berubah merah, dan sepertinya dia sadar akan hal itu jadi dia segera menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

    Kenapa dia bereaksi seperti itu...?
    Entahlah, tapi reaksinya begitu imut hingga aku mulai merasa malu.

    "Uh... aku malu mengatakannya." [Riko]

    Kalau kau bilang seperti itu, itu malah membuatku semakin penasaran.

    "Bagaimana kalau, jika kau mengatakannya, aku akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya?" [Minato]

    "...! Benarkah...?" [Riko]

    "Y-ya. Jika aku mampu, aku akan melakukannya..." [Minato]

    "Kalau begitu, aku akan bilang! Aku akan bilang!" [Riko]

    Riko yang masih berwajah merah, duduk tegak kembali dan mencodongkan tubuhnya ke arahku.
    Aku tak bisa menahan tawa, melihat betapa cepatnya dia berubah.
    Aku sungguh ingin tahu, keinginan apa yang sangat ingin kau penuhi?

    "Ya, katakanlah. Apa yang kau mau aku lakukan?" [Minato]





<<  ==  >>

0 Komentar