Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 27
Chapter 27 - Permintaan kecil istriku yang membuatku sangat bahagia.
Penerjemah : DuJu
Sabtu sore.
Hari ini, kami pergi ke Distrik Perbelanjaan Ofuna untuk memenuhi permintaan Riko.
Hari itu, ketika aku bertanya pada Riko, "Jika aku bilang padamu, 'aku akan melakukan apa yang Riko inginkan', apa yang kau ingin aku lakukan?"
Dia menjawab‒‒
"Aku ingin berkencan dengan Minato-kun ke Distrik Perbelanjaan." [Riko]
"Eh? Distrik Perbelanjaan?" [Minato]
"Iya, aku ingin belanja beberapa sayur dan daging...!" [Riko]
"A-aah. Boleh saja kok." [Minato]
"Beneran...?!" [Riko]
Sejujurnya, aku merasa kecewa.
Riko bilang itu adalah kencan, tapi itu hanya belanja saja, bukan? Padahal, aku sudah bilang akan melakukan apa saja yang dia minta, tapi tak kusangka dia malah memintaku untuk menemaninya belanja...
...... Apa memang itu yang dia inginkan?
Tapi kenapa dia malu-malu?
Yah, walaupun aku bingung dengan sikap Riko, tapi setidaknya pergi berbelanja bersama itu akan menyenangkan.
Distrik Perbelanjaan Ofuna terletak satu jalan gang dari stasiun.
Aku sudah lama tahu tentang distrik perbelanjaan ini, tetapi aku belum pernah mengunjunginya secara langsung.
Tempat ini sangatlah ramai hingga sepanjang jalan penuh dengan orang-orang.
Namun, hampir semuanya adalah orang-orang tua.
Bahkan, yang termuda adalah ibu rumah tangga berusia tiga puluhan, dan tak ada satupun yang seumuran siswa SMA tentunya.
Jadi di tempat ini, walaupun aku dan Riko bersama, kemungkinan kami terlihat oleh teman sekelas kami adalah nol.
"Kamu bisa membeli sayuran dan daging yang segar di sini." [Riko]
"Begitu, ya." [Minato]
"Dan juga ikan langka." [Riko]
"Eh! Beneran?!" [Minato]
Sambil bertukar kata, kami melihat barang-barang yang dipajang.
Ada saatnya ketika Riko memilih bahan, dia akan mengajukan pertanyaan seperti, "Menurutmu lebih baik mana, pot-au-feu atau nikujaga?", padaku.
Dan aku pun menjawabnya dengan jujur.
[TL: pot-au-feu : Makanan Prancis yang isinya rebusan daging ama sayur. Sedangkan Nikujaga : Makanan Jepang yang isinya daging, kentang, dan bawang bombay yang direbus pake gula biar manis... kayaknya.]
Jika saja ini adalah Mall, mungkin aku akan gugup dan tak bisa memberikan pendapat yang baik.
Tapi, di sini kita dapat memilih bahan-bahan sendiri, jadi tak ada yang perlu kukhawatirkan.
Apalagi, suasana sederhana yang mengalir dari distrik perbelanjaan tradisional ini agak menyenangkan.
Aku tak percaya, aku bisa mengobrol dengan Riko, dan terkadang aku bahkan memberikan pendapatku sendiri seperti, "Bagaimana menurutmu tentang ikan ini?".
Dan yang membuatku sedikit bangga, Riko memuji bahan-bahan yang kupilih dengan berkata, "Wah, itu bagus!".
Aku menikmati waktuku bersama Riko di distrik perbelanjaan hingga aku lupa dan tak sadar, bahwa tas belanja yang dibawa Riko sudah penuh.
"Riko, biarkan aku membawanya." [Minato]
"Terima kasih. Tapi tak usah, ini tidak berat, kok." [Riko]
"Kalau begitu, tak ada gunanya aku ikut..." [Minato]
"Minato-kun, hanya kamu berada di sampingku itu saja sudah cukup, tahu? Berkatmu, aku bisa bersenang-senang." [Riko]
"..." [Minato]
...... Dia mengatakan hal-hal imut itu lagi dengan santainya.
Aku menggaruk kepalaku dengan malu dan membuang muka.
Ketika aku melihat tas belanja yang penuh hingga terlihat sayuran yang muncul, aku merasa tak enak membiarkan Riko membawanya.
"Paling tidak, biarkan aku membawa tasnya. Lagipula, Riko selalu mengurusku." [Minato]
Setelah mengatakan itu, aku mengambil tas belanja dari tangan Riko.
Untuk sesaat, jari-jari kami bersentuhan, dan seketika sensasi panas menjalari tubuhku.
...... Aku menyentuh Riko.
U-uwaaa, aku tak sengaja...!
Kurasa aku akan terus berjalan dan berpura-pura kalau itu tak terjadi‒‒
"Tunggu...! Trus, aku ngapain, dong?" [Riko]
"Eh? ......Uwaa?!" [Minato]
Riko meraih tanganku yang sedang memegang tas dengan kedua tangannya.
Sementara aku berteriak membeku, Riko mencuri salah satu pegangan tas belanja dari tanganku.
"Kita akan membawanya seperti ini." [Riko]
Riko tersenyum dengan pipinya yang sedikit memerah karena malu.
"Ayo pergi." [Riko]
Aku hanya bisa mengangguk sambil merasakan wajahku yang semakin panas.
Tas belanja menjadi seperti jembatan yang bergoyang di antara kami.
Pegangannya tak terlalu panjang, membuat kami secara alami lebih dekat dari biasanya.
"... Bukankah kita jadi seperti yang ada di iklan sabun cuci piring?" [Minato]
Ketika aku mengeluarkan topik seperti itu untuk memecah suasana, Riko mengangguk dengan gembira.
"Bukankah iklan itu memperlihatkan pasangan yang bahagia?" [Minato]
"Be-benar." [Riko]
"Ah! A-ano, etto, aku tak bermaksud mengatakan sesuatu yang aneh, kau tahu?" [Minato]
"... Ya, aku tahu." [Riko]
Seolah-olah mengatakan kami adalah pasangan yang bahagia, kami berdua semakin tersipu.
Ketika Riko mengajukan permintaan itu, aku merasa heran. Kenapa kau meminta itu? Yah, itu memang aneh, tapi berkat itu, aku memiliki waktu yang bahagia sekarang.
Pergi kencan ke distrik perbelanjaan itu sungguh menyenangkan...
0 Komentar