Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 33
Chapter 33 - Malam kami berdua (6)
Penerjemah : DuJu
"Aku tak masalah"
Mendengar Riko mengatakan itu, pikiranku kosong.
"Kenapa...? ...... Kita memang sudah menikah, tapi kita bukanlah kekasih, loh......" [Minato]
"Benar...... Tapi, walaupun kita bukan...... aku tak masalah..." [Riko]
Aku tak bisa menerimanya ketika dia bilang begitu.
Tubuh dan kepalaku yang tadinya panas karena semua hal yang telah terjadi, dengan cepat mendingin.
Itu karena, Riko memaksakan dirinya untuk tersenyum dengan wajah yang mengatakan bahwa dia tak baik-baik saja.
Tak mungkin aku bisa senang mengetahui itu.
Tapi, aku benar-benar tak paham apa yang dipikirkan oleh Riko.
Apa kau sungguh berpikir tak apa-apa melakukan itu tanpa menjalin hubungan kekasih?
Tidak, jika melihat dari ekspresi Riko.
Jelas itu bukanlah wajah yang ingin melakukan itu karena hanya sekadar ingin tahu saja.
Lalu, apa kau berpikir kau ingin melakukan itu sebagai permintaan maaf karena telah membuatku terangsang...?
Tidak, itu juga mustahil.
Tak peduli seberapa baiknya seseorang, tak mungkin dia akan memikirkan itu.
Lagipula, apa yang membuatmu berpikir tak apa-apa melakukan hal seperti itu dengan pria lain ketika kau sudah memiliki orang yang kau suka?
............ Jangan-jangan, orang yang disukai Riko adalah aku......
Untuk sesaat, kata-kata itu terlintas di benakku, namun dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.
Dari perkataan Riko sebelumnya, cukup jelas aku adalah kebalikan dari orang yang dia suka.
Bagaimana bisa aku berpikir kalau pria keren yang disukai Riko adalah aku?
Aku sangat sadar akan diriku sendiri.
"Dengar, pria yang suka salah paham dan berpikir mereka disukai itu tak menarik"
Kata-kata traumatis itu mengejekku lagi.
... Sepertinya aku belum belajar apapun dari masa laluku.
Tapi kenapa Riko mau melakukan itu denganku, padahal bukan aku yang dia suka...
Lagipula, jika itu karena rasa keinginan serta kegigihannya untuk melakukan sesuatu untukku, itu sudah melewati batas...
Aku tidak yakin, tapi yang jelas kurasa akan lebih baik jika aku mengatakan padanya untuk berhenti melakukan itu.
"Riko, kau tak boleh berpikir bahwa tak apa-apa melakukan sesuatu hanya karena orang lain menginginkannya. Jika Riko melakukannya karena terpaksa, itu tak baik untukmu." [Minato]
"Ah...! Bu-bukan begitu, tahu...?! Aku juga menginginkannya...!" [Riko] [TL: 😔]
"Eh?" [Minato]
"Ah!" [Riko]
Seolah panik, Riko dengan cepat menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Tapi kata-kata yang sudah tumpah tak bisa kembali.
"Aku ingin", kau bilang...... Apa kau ingin melakukan itu denganku...?
Kemudian saat itu juga, hasrat seksualku kembali muncul.
Tapi, ekspresinya saat ini... dia terlihat kesepian...
Yang jelas, ini sudah melewati kapasitasku.
Aku bisa merasakan ada uap yang keluar dari kepalaku.
Cukup.
Mari kita dengarkan secara langsung.
"Apa kau ingin melakukan itu denganku, meskipun kau memiliki seseorang yang kau suka?" [Minato]
"... Uwa, u..." [Riko]
"Kenapa begitu?" [Minato]
"I, i-itu..." [Riko]
"Karena kau tertarik pada hal semacam itu?" [Minato]
"......! A, y-ya...! Begitulah...!!" [Riko]
......?!!
Riko yang selama ini berwajah seperti hewan kecil yang sedang terpojok, tiba-tiba tampak seperti menemukan pertolongan.
Tapi bagaimanapun, aku sudah mendapatkan jawaban yang ingin kutahu.
Riko adalah gadis yang sangat nakal dan memiliki rasa penasaran tentang hal-hal seperti itu.
Sialnya lagi, tubuhku mulai memanas kembali.
Yah, sesimpel itulah diriku.
Tapi, tetap saja, aku tak boleh melompat kepadanya begitu saja.
Setelah mengambil napas dalam, aku duduk di depan Riko.
Riko juga duduk mengikutiku, dan memasang wajah serius.
"Tetap saja, kau pasti akan menyesalinya nanti jika tidak melakukan itu dengan seseorang yang kau suka." [Minato]
"Tapi aku sudah ditolak..." [Riko]
"Kalau kau begitu menyukainya, kenapa kau tidak menembaknya lagi?" [Minato]
Sebenarnya, aku tak ingin dia melakukan itu meski harus membunuhku, tapi aku harus mengatakan itu demi Riko.
Riko adalah prioritas utamaku, lebih dari apapun.
Namun, Riko menggelengkan kepalanya pada kata-kataku.
"Aku tak bisa menyampaikan perasaanku lagi." [Riko]
"Kenapa?" [Minato]
"Karena...... ketika aku menyampaikan perasaanku sebelumnya, dia pergi meninggalkanku...... Aku tak mau kehilangan dia lagi......" [Riko]
Saat melihat Riko yang menangis, aku tak bisa melakukan apa-apa dan itu membuatku frustasi.
Riko, kenapa kau menyukai pria seperti itu...?
Jika itu aku, aku takkan pernah membuat Riko terlihat seperti ini.
Mungkin, jika aku memanfaatkan celah di hati Riko yang sekarang, aku bisa menyentuhnya.
Sepertinya, inilah yang dinamakan 'kemajuan' oleh para pria di dunia.
Tapi, aku tak ingin sama sekali memanfaatkan situasi ini untuk itu.
Aku suka Riko.
Karena itulah, aku tak dapat menggunakan gadis yang kusuka hanya untuk memuaskan keinginanku.
Yah, kalau boleh jujur, aku sangat-sangat ingin menyentuh Riko.
Tetapi bukan untuk memuaskan keinginanku, melainkan untuk menyampaikan cintaku padanya.
Jika ada seseorang di suatu tempat yang melihat ke dalam pikiranku, mereka pasti akan menertawakan betapa tak termotivasinya diriku yang perjaka ini......
Mungkin saja, aku takkan pernah punya kesempatan dengan seorang gadis di masa depan.
Dan ketika aku mencapai umur 40 tahun, kurasa aku akan menyesal dan berteriak, "Aku seharusnya meletakkan tanganku di atasnya tanpa memikirkan apapun lagi!", yang tak sedap untuk dipandang.
Tapi, aku yang sekarang berumur 18 tahun, mau tak mau aku memikirkan Riko dengan perasaan yang tulus.
Aku sangat senang, karena Riko merasa tak masalah disentuh olehku.
Aku tahu ini sedikit lancang, tapi sejauh itulah aku ingin menjadi bagian dari kehidupan Riko.
Kemungkinannya tidaklah nol.
Karena itu, aku‒‒
Aku akan berusaha membuat Riko jatuh cinta padaku...!
Dulu aku berpikir, karena Riko sudah memiliki orang yang dia suka, aku tak bisa berbuat apa-apa.
Tapi, mungkin orang yang disukai Riko adalah pria yang brengsek.
Aku tak bisa membiarkan Riko jatuh cinta pada pria seperti itu.
Aku ingin Riko bahagia.
Aku tak tahu aku bisa melakukannya atau tidak, tapi aku yakin itu lebih baik daripada dia bersama bajingan itu...!
"Aku tak tahu hal apa yang membuatmu berpikir merasa disukai begitu mudahnya. Menggelikan."
Kata-kata gadis itu terlintas lagi di benakku, mengolok-olok diriku.
Tapi, itu salah.
Aku sama sekali tak berpikir dia menyukaiku.
Aku bahkan sama sekali tak punya kepercayaan diri untuk disukai.
Tapi akulah yang menyukainya, karena itu aku ingin mengambil tindakan.
Aku tak masalah jika orang-orang menertawakanku karena tak sadar diri.
Alasanku berpikir seperti itu karena aku jatuh cinta pada Riko.
Walau sebenarnya, aku masih merasakan sakit di hatiku, tapi aku senang aku jatuh cinta pada Riko.
"Riko, maaf. Aku tak bisa melakukan itu." [Minato]
"... Apa itu karena... aku tidak menarik?" [Riko]
"Bukan...! Riko adalah gadis yang sangat menarik! Sejujurnya, aku sangat ingin menyentuh Riko, tapi aku belum bisa melakukannya sekarang." [Minato]
"Sekarang...?" [Riko]
Aahh.
Aku menginjak ranjau.
Tapi tak ada gunanya menghindar.
Aku mengangguk kembali pada Riko.
"Kalau begitu, maukah kamu menyentuhku suatu hari nanti?" [Riko]
"......" [Minato]
Ri, Rikooooo......!
Aku tak bisa menahannya, jadi aku memejamkan mata sambil menggelengkan kepala.
Pelatihan macam apa ini...
"... Kalau gitu, ini adalah uang muka." [Riko]
"Eh?" [Minato]
Tepat setelah aku mencoba membuka mata.
Sesuatu yang lembut nan hangat, menyentuh bibirku.
A-apa......... baru saja......... apa yang baru saja terjadi...?
Sambil menahan napas, aku membuka mataku dan melihat sesosok wajah merah cerah yang menatap wajahku.
Dengan malu-malu, Riko menyentuh bibirnya dengan ujung jarinya, lalu berkata.
"Aku mencuri ciumanmu..." [Riko]
[TL: 😶]
0 Komentar