Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 38
Chapter 38 - Cara yang tepat bagi pasangan SMA untuk menghabiskan waktu mereka (Weekdays) ➁
Penerjemah : DuJu
Hari itu, saat pulang sekolah.
Aku menuju ke tempat duduk Riko, memotong kerumunan para siswa yang ingin pergi ke klub mereka dan para siswa yang sedang berdiskusi ke tempat mana mereka akan main.
Riko, yang dengan santainya bersiap-siap untuk pulang, mendongak ketika melihat ada bayangan di atasnya.
"Ri, Riko! Kalau tidak keberatan, apa kau ingin pulang bersamaku?!" [Minato]
Aku sangat gugup, itu terlihat jelas dari suaraku yang terlalu cepat dan kencang.
Karena itu, orang-orang di sekitarku ikut terkejut sebelum Riko dapat bereaksi.
Eh?!!
Apa itu suaraku?!!
Meskipun aku mengundangnya untuk menunjukkan bahwa kami adalah pasangan, tetap saja aku malu karena menjadi pusat perhatian.
Saat aku mulai menyesali perbuatanku, aku merasa ada yang menarik ujung seragamku.
Ketika aku berbalik, aku melihat Riko menatapku dengan tatapan malu.
"Minato-kun mengajakku pulang bersama, ini bukan mimpi, kan...?" [Riko]
"......" [Minato]
Dirinya yang mengatakan hal itu sangatlah imut.
Wajahku terasa meleleh dibuatnya.
Hingga saat aku buru-buru menahan mulutku, aku mendengar suara desahan dari sekitar, seolah-olah mereka sedang jatuh cinta.
Ketika aku melihat sekeliling dengan terkejut, aku melihat seluruh anak laki-laki sedang menatap Riko dengan wajah terpesona.
Be-beraninya kalian bermain mata pada pacar orang (walau pura-pura)...!!!
Sepertinya, jika bersangkutan dengan Riko, kepribadianku berubah drastis.
Sampai sekarang, aku tak pernah begitu posesif seperti ini.
Tapi, tetap saja, situasi ini tidaklah bagus.
Bahkan meski dia bukan pacarku, Riko tetaplah istriku (walau pernikahan kontrak).
Dengan betapa sempitnya pikiranku, aku segera bergerak ke depan Riko dan menyembunyikannya dari mata orang-orang kurang ajar.
Mereka dengan cepat mencemoohku, tapi siapa yang peduli?
Aku tak mau berlama-lama lagi, karena mungkin jika sedikit lebih lama lagi, aku bisa-bisa menjilat ludahku sendiri.
"Riko, ayo pergi!" [Minato]
Aku meminta Riko untuk cepat sedikit dan menuju pintu kelas.
"Ah, tunggu...!" [Riko]
Riko yang segera mengikutiku, melingkarkan tangannya ke lenganku seolah-olah tak ingin ditinggalkan olehku.
"Ehehe. Karena kita akan pulang sebagai kekasih, akan bagus jika seperti ini, bukan...?" [Riko]
Dia mengatakan itu dengan nada nakal sambil menjulurkan lidahnya sedikit.
Aku bisa mendengar seluruh kelas menggeliat lagi, jadi aku membawa Riko bersamaku dan kabur meninggalkan kelas.
------------
Riko pergi untuk mengganti sepatunya di gerbang, lalu setelah itu, dia segera kembali lagi padaku.
Tak seperti di ruang kelas, di sekitar kami tak ada orang sekarang.
Jadi kami tak perlu bergandengan tangan lagi.
"Minato-kun sangat keren..." [Riko]
"...?!! A-apa katamu...?" [Minato]
"Saat kamu mengajakku pulang bersama, jantungku berdebar. Ehehe." [Riko]
Sebuah bom dijatuhkan secara tiba-tiba dan membuatku tersendat.
"Po, popopo-pokoknya, Riko, terima kasih." [Minato]
"Eh?" [Riko]
"Tadi, kau merangkulku, bukan? Kau juga berpikir akan bagus jika kita menunjukkan kemesraan kita, ya kan?" [Minato]
"Kemesraan kita?" [Riko]
Riko memiringkan kepalanya karena penasaran, jadi aku menjelaskan padanya apa yang telah dikatakan Sawa padaku.
"Ah, aku mengerti. Jadi itu sebabnya kamu mengajakku pulang bersama, ya..." [Riko]
"Eh? Riko?" [Minato]
Entah kenapa, Riko terlihat kehilangan semangatnya...
"Uunnn! Baiklah! Perlahan-lahan aku pasti bisa terbiasa dengan serangan alami Minato-kun!" [Riko]
Apa itu serangan alami?
"Tapi, daripada bersedih, lebih baik aku memanfaatkan situasi ini! Kalau begitu, ‒eii!!" [Riko]
"Uwaa?!!" [Minato]
Aku sudah bilang padanya kalau kita tak perlu menempel lagi.
Tapi tak tahu kenapa, Riko malah meraih lenganku kembali dan memeluk erat lenganku dengan kedua tangannya.
"Ayo pulang seperti kekasih hari ini, oke?" [Riko]
"Tapi sudah tak ada yang akan melihat kita lagi, loh?" [Minato]
Ketika aku bertanya apa itu tak apa-apa, Riko mendekatkan bibirnya ke telingaku, lalu berbisik.
"Habisnya, kita tak pernah tahu siapa saja bisa melihat, bukan...? Itu sebabnya, aku harus selalu berpura-pura menjadi pacarmu." [Riko]
"A-aku mengerti..." [Minato]
Yah, apapun alasannya, itu tak penting.
Selama aku bisa pulang sambil berpegangan tangan dengan Riko, apapun itu aku tak peduli.
Sambil menyimpan pemikiran seperti itu dalam hati, aku berusaha keras menjaga tanganku yang terhubung dengan Riko.
0 Komentar