Chapter 39 - Betapa baik dan perhatiannya istriku

Penerjemah : DuJu

    Sudah tiga hari sejak kami menyatakan tentang hubungan kami, hujan perlahan-lahan mulai turun di kota Kamakura, sepertinya wilayah Kanto memasuki musim hujan lebih awal dari biasanya.

    Banyak orang yang tak suka dengan musim hujan.
    Aku pun juga begitu.
    Namun, entah kenapa, musim hujan tahun ini terasa berbeda dari musim hujan biasanya.
    Rasa tak nyaman yang biasanya kurasakan, tak terlalu terasa lagi sekarang.
    Aku menyadari itu saat malam hari, seminggu setelah musim hujan.


    Setelah pulang kerja paruh waktu, aku segera masuk ke dalam rumah, berharap rasa lembab dari hujan hilang.
    Namun, saat aku memasuki pintu masuk yang dibukakan Riko, aku merasa suasana di sekitar menjadi lebih ringan dari biasanya.

    "Hmm?" [Minato]

    Ada apa ini?
    Kenapa aku merasa seolah-olah beban yang menempel padaku lenyap?

    "Minato-kun? Ada apa?" [Riko]

    "...! Tidak, tidak ada apa-apa." [Minato]

    Aku tak yakin dengan perasaan aneh apa yang kurasakan, jadi aku buru-buru menggelengkan kepalaku.
    Riko yang memiringkan kepalanya karena penasaran, berjalan mengikutiku menyusuri lorong.

    Saat aku memasuki ruang tamu, di mana aroma makanan lezat tercium, aku terhenti dan melihat sebuah smartphone yang tertinggal di meja.
    Mungkin sebelum menyambutku, Riko memainkan smartphonenya.
    Layarnya masih menyala dan menampilkan aplikasi kalender.

    Eh?
    Riko, kau melihat-lihat kalender lagi?

    Entah kenapa, baru-baru ini Riko sering memeriksa aplikasi kalender di smartphonenya saat senggang.

    Tentu saja, aku tak mengintipnya.
    Tapi setiap saat smartphonenya terlihat olehku, aplikasi kalender selalu muncul di layarnya.

    Aku penasaran apa dia punya rencana penting.

    Ketika aku melihat Riko sambil memikirkan hal itu, dia sedang berdiri di dekat jendela dan membuka tirai untuk melihat-lihat keadaan luar.

    "Tadi aku melihat ramalan cuaca, dan sepertinya akan hujan lagi besok." [Riko]

    Mengatakan itu, dia melihat kembali ke arahku sambil tersenyum.

    "Kalau gitu, pelajaran olahraga besok, siswa laki-laki dan perempuan akan digabung di gym, dong." [Minato]

    "Karena itu aku senang." [Riko]

    "Senang?" [Minato]

    "Iya. Habisnya, cuma saat hujan saja anak laki-laki dan perempuan digabung. Jadi setelah sekian lama, akhirnya aku bisa melihat Minato-kun berolahraga untuk pertama kalinya." [Riko]

    "Eh...?!!" [Minato]

    Riko mengatakan sesuatu yang tak masuk akal, sehingga aku berteriak kaget.

    "Aku bukanlah tipe orang yang aktif dalam olahraga, jadi aku tak layak untuk kau tonton, loh?!" [Minato]

    "Itu tak benar, loh. Aku jadi selalu bisa melihat apapun yang Minato-kun lakukan, tahu?" [Riko]

    Riko terlihat malu dan menunduk.

    Bagaimana aku harus bereaksi terhadap pernyataan itu?

    Namun, saat aku bingung harus membalas apa, Riko sedikit menurunkan alisnya lalu dengan santainya mengganti topik pembicaraan.

    "Aku tak masalah dengan hujan, tapi aku khawatir anginnya berhenti..." [Riko]

    Melihat ke luar jendela lagi, Riko bergumam sambil menghela nafas.

    "Memangnya kenapa kalau anginnya berhenti?" [Minato]

    "Iya..." [Riko]

    Riko menutup jendela dan datang ke arahku.

    "Nnn, kalau boleh, bisakah aku menambahkan satu alat elektronik di ruang tamu?" [Riko]

    Riko bertanya dengan ragu.

    "Tentu saja! Kau tak perlu meminta izin padaku, karena rumah ini rumah Riko juga." [Minato]

    "...! ...Nn. Benar juga, ya... Ini rumah aku dan Minato-kun, ehehe." [Riko]

    Pipi Riko memerah, dan matanya berbinar bahagia.
    Aku terpesona, walau aku tak mengerti kenapa dia memerah.

    "Minato-kun?" [Minato]

    "Ah, maaf! Aku tadi bengong sebentar! Peralatan eletronik apa yang ingin kau tambah, Riko?" [Minato]

    "Itu..., aku ingin menambah sirkulator udara." [Riko]

    "Sirkulator udara? Yang mirip kipas angin itu?" [Minato]

    "Benar! Tapi tak seperti kipas angin, dia menghasilkan angin sepoi-sepoi yang membuat sirkulasi udara di dalam ruangan menjadi mudah. Kalau ada angin, aku bisa menurunkan kelembapan ruagan hanya dengan membuka jendela. Tapi jika anginnya berhenti seperti sekarang, itu sulit melakukannya. Jadi kupikir akan enak jika punya silkulator udara saat situasi seperti ini." [Riko]

    Ketika aku mendengar ceritanya, aku tersadar, "Ah".

    Suasana musim hujan tahun ini terasa enak dari yang biasanya.
    Itulah jawaban dari perasaan aneh yang kurasakan saat memasuki pintu masuk hari ini.

    "Riko, mungkinkah... kau selalu menjaga kelembapan di ruang tamu? Soalnya, di pintu masuk tadi... Yah, aku baru sadar sekarang, sih. Aku merasa udara di rumah ini terasa lebih enak dan nyama..." [Minato]

    Saat aku menanyakan itu, Riko mengangguk.

    "Fufu, sebenarnya..." [Riko]

    Mengikuti Riko yang memberi isyarat dengan gembira, aku berjalan menuju pintu masuk lagi.

    "Aku menyembunyikan barang rahasia di sini." [Riko]

    Dengan wajah bangga, Riko mengeluarkan kotak plastik dari balik rak sepatu.
    Isinya adalah arang bambu yang tergulung oleh koran.

    "Koran dan arang bambu bisa menyerap kelembapan sekitar, jadi aku memasangnya di tempat-tempat yang cenderung lembab di dalam rumah. Seperti di bawah wastafel, di dalam lemari, dan tempat-tempat lain." [Riko]

    "...! Aku tak menyadarinya sama sekali...!" [Minato]

    Benar juga, kalau kuingat-ingat lagi, bukan hanya di ruang tamu dan pintu masuk.
    Di dapur ataupun di ruang ganti pun, aku tidak merasakan rasa tak nyaman yang biasanya kurasakan selama musim hujan.
    Dan juga, tahun ini, aku tak mengalami kesulitan tidur lagi.

    "Tapi bukannya ini tak mempan untuk futon kita?" [Minato]

    "Ah, ada benda yang disebut tikar penurun kelembapan di bawah futon." [Riko]

    Ternyata, tanpa sepengetahuanku, Riko selalu menyiapkan lingkungan yang nyaman untukku.

    "Riko, maafkan aku. Aku telat menyadarinya. Terima kasih, karenamu musim hujan tahun ini benar-benar terasa berbeda." [Minato]

    "Benarkah? Aku senang, jika Minato-kun bisa merasa nyaman saat musim hujan." [Riko]

    "..." [Minato]

    Tak perlu kukatakan lagi, aku sungguh terkesan dengan betapa perhatiannya Riko.

    "Dari dulu aku selalu membenci musim hujan, tapi berkat Riko, kurasa aku mulai menyukainya." [Minato]

    Aku sungguh berpikir seperti itu, namun saat aku menunjukkannya dengan kata-kata, itu terdengar lebay dan memalukan.
    Tapi aku tak menyesalinya, karena Riko membalasku dengan senyuman yang indah seperti bunga.

    "Ah, kalau kau butuh sirkulator udara untuk di ruang tamu, aku akan membelinya." [Minato]

    Jika dibandingkan dengan kipas angin, kurasa harganya paling mahal adalah 20.000 yen.
    Dengan gaji pekerjaan paruh waktuku, aku pikir itu cukup.
    Namun, Riko menolaknya.

    "Jangan khawatir tentang biayanya. Aku yang akan membayarnya, oke?" [Riko]

    "Tidak, tapi itu bukanlah masalah..." [Minato]

    "Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk saat-saat seperti ini." [Riko]

    Sambil sedikit membusungkan dadanya, Riko menepuk-nepukkan dadanya.

    Akh, itu sangat imut...!
    Eh, bukan saatnya untuk itu...!!!

    "Siap apa?" [Minato]

    "Tunggu sebentar, ya!" [Riko]

    Dengan cepat Riko berlari menuju lorong lalu menghilang ke dalam kamarnya.

    Sekitar satu sampai dua menit.
    Dia kembali sambil membawa buku tabungan di tangannya.

    "Ini dia! Minato-kun, lihatlah!" [Riko]

    "...?" [Minato]

    Dengan keadaan bingung, aku menerima buku tabungan dari tangannya.
    Saat Riko memintaku untuk membalik halaman buku tabungannya, aku terkejut melihat angka-angka yang tercetak di dalamnya.

    "A-apa-apaan uang sebesar ini...?!!" [Minato]

    Ada sederet jumlah uang yang belum pernah kulihat sebelumnya.

[TL: hoho~ ingat sinopsis...?]





<<  ==  >>

0 Komentar