Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 41
Chapter 41 - Cara yang tepat bagi pasangan SMA untuk menghabiskan waktu mereka (Weekends) ➀
Penerjemah : DuJu
Hari Sabtu, sesuai janji yang telah dibuat.
Setelah sarapan, pagi-pagi kami meninggalkan rumah untuk menuju ke toko alat elektronik.
Cuacanya cukup menyenangkan, karena langit tertutup oleh awan.
Sayangnya, hujan akan turun lagi nanti sore.
Yah, itu lebih baik daripada hujan pagi-pagi.
Kuharap kami bisa pulang sebelum hujan turun.
Aku hendak mengatakan itu, namun aku merasa bajuku sedang ditarik oleh sesuatu.
"Hmm?" [Minato]
Ketika aku melihat ke bawah, ternyata itu adalah Riko yang sedang menyentuh ujung lengan bajuku dengan tangannya.
"...!" [Minato]
Gerakan itu sangatlah mencolok, dan sangat cocok untuk Riko hingga membuat jantungku berdebar melihatnya.
"Ri, Riko, ada apa...?!" [Minato]
Saat aku bertanya dengan suara canggung, Riko menjawab sambil tersenyum kecil.
"Itu, loh? ... Tangan." [Riko]
"Tangan?" [Minato]
"Tanganmu, aku ingin menggenggam tanganmu..." [Riko]
"..." [Minato]
Ke, kekekekekenapa?!!
Aku sangat terkejut hingga Riko pun ikut kehilangan ketenangannya, seolah-olah aku menularinya.
"I, i, i-itu, loh?!! Etto, eettoo...... Ah, i-itu dia! Kita mungkin bertemu seseorang yang kita kenal nanti, seperti di distrik perbelanjaan kemarin, bukan? Jadi, jika kita berjalan seperti orang asing, mereka mungkin akan berpikir, 'Apa mereka benar-benar pacaran?', ya kan...?!" [Riko]
"Ah, iya...! Kau benar." [Minato]
Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya aku dan Riko keluar bersama sejak kami berbelanja di distrik perbelanjaan saat itu.
"Dan ingat! Minato-kun bilang kita harus memamerkan kemesraan kita, bukan...?!!" [Riko]
"Ya, itu benar." [Minato]
"Jadi...! Kupikir lebih baik kita menghabiskan hari libur dengan mesra sebanyak mungkin...!" [Riko]
Riko mengatakan itu sambil merentangkan tangannya, seolah-olah dia sedang mempromosikan sebuah produk.
Aku menganggukkan kepalaku beberapa kali, terpancing olehnya.
Tapi kalau kupikir-pikir kembali, Riko benar.
Kalau kami berjalan seperti orang normal, kami takkan terlihat seperti pacaran sama sekali...
Dan Sawa juga pernah bilang.
"Dan lagi, jika mereka tahu kalian tak sering bersama saat di sekolah apalagi tak pernah berkencan, bisa-bisa akan ada banyak pria lain yang mengincar Riko-hime. Dari dulu, dia terkenal tak pernah tertarik dengan anak laki-laki, jadi mereka hanya bisa menganggapnya sebagai 'Takane no Hana' dan melihatnya dari kejauhan. Namun sekarang, dia memiliki pacar yang notabenenya adalah seorang pria biasa-biasa saja yang bernama Niiyama. Jika kau tak hati-hati, bisa saja segerombolan pengakuan yang terjadi pada Riko-hime saat pertama kali masuk sekolah akan terjadi kembali."
Adegan dimana kata-kata Sawa yang menjadi kenyataan terlintas di pikiranku, dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.
Aku benar-benar benci itu.
Okelah, karena ada kemungkinan kami disaksikan oleh teman sekolah kami, lebih baik untuk memperlihatkan kemesraan kami sebanyak mungkin.
[Ini untuk menunjukkan bahwa kami adalah sepasang kekasih]
Dan tentu saja, aku tak menduga bahwa kata-kata itu akan berdampak pada berbagai aspek kehidupanku di masa depan.
"Etto, kalau gitu..." [Minato]
Perlahan aku mengulurkan tanganku, dan Riko dengan lembut menerima tanganku, warna merah menyelimuti pipinya.
Saat pulang sekolah kemarin, aku sangat senang ketika Riko merangkul lenganku, namun tetap saja, berpegangan tangan memiliki sensasi yang berbeda, karena itu aku tak bisa berhenti berdebar.
"Nee, nee, Minato-kun." [Riko]
"Ya?" [Minato]
"Kamu ingin berpegangan tangan seperti apa? Yang sekarang... Yoishoo~, atau yang ini...... Gimana?" [Riko]
Setelah melepas tangan sebentar, Riko menggenggam kembali tanganku.
Jari-jari kami saling bertautan, seolah-olah batas di antara kami lenyap.
Dengan sekejap, detak jantungku menjadi semakin kencang.
"... I-ini bagus, tapi... aku gugup..." [Minato]
"Iya... Aku pun sangat deg-degan..." [Riko]
"Eh, Riko juga?" [Minato]
"Habisnya, ini pertama kalinya aku berjalan seperti kekasih seperti ini..." [Riko]
Begitu, ya.
Riko belum pernah berjalan seperti ini dengan siapapun sebelumnya.
Jadi, akulah yang pertama...
Aku tak terlalu peduli dengan itu, tapi aku senang kami bisa berbagi pengalaman pertama kami.
"Aku gugup, tapi aku ingin tetap seperti ini..." [Riko]
"Anoo, aku juga... aku juga sama...!" [Minato]
"Benarkah? Aku sangat senang..." [Riko]
Aku terlalu malu untuk menatap Riko, dan kurasa begitu juga dengan Riko, kami terus menatap lurus ke depan.
Kami terus jalan menuju stasiun, berbagi kecanggungan yang sama.
Tangan Riko yang sedikit lebih dingin dariku, terasa begitu lembut hingga aku merasa itu akan patah jika aku meremasnya terlalu kuat.
Karena itu, aku menggenggamnya dengan hati-hati.
Berpegangan tangan rasanya sungguhlah aneh...
Rasanya seperti membungkus harta karun di telapak tangan...
Dengan perasaan senang dan geli menyelimutinya.
Kami berjalan langsung ke Stasiun Ofuna.
Saat kami melewati gerbang tiket, tangan kami berpisah, namun Riko dengan cepat menghubungkannya kembali.
Dengan begitu kami terus berpegangan tangan di kereta.
Jika saja aku pergi berkencan dengan Riko, akankah seperti ini?
Karena secara tak sengaja memikirkan itu, aku mulai merasa sangat bersemangat. [TL: Lah... lu pikir skrg ngapain?]
0 Komentar