Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 47
Chapter 47 - "Aku ingin kamu tahu segalanya tentangku."
Penerjemah : DuJu
Malam hari, tanggal 6 Juli.
Kami sedang melakukan video call dengan orang tua Riko sebagai laporan terbaru kami, dan topik masa kecil Riko muncul dalam obrolan kami.
"Riko dulu tinggal di Amerika Serikat sampai dia berusia lima tahun. Karena itu, dia kesulitan menyesuaikan diri saat TK di Jepang. Ya, kan? Okaa-san?" [Ayah Riko]
"Iya benar. Setiap hari, dia selalu menulis di buku catatan taman kanak-kanaknya, 'Aku bermain sendirian lagi hari ini'. Kami pun mulai khawatir. Namun, betapa leganya kami saat itu ketika dia memberitahu kami kalau dia telah berteman." [Ibu Riko]
Riko yang sekarang selalu dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya di sekolah, jadi aku tak pernah membayangkan kalau ada saat dimana dia sangat kesepian.
"Kau ingat itu, Riko?" [Minato]
Aku melihat ke samping saat menanyakan itu.
Riko, yang duduk di sampingku di sofa ruang tamu, sedikit menurunkan alisnya dan menggigit bibir.
Mata besarnya bergetar sedikit, seakan-akan berkeliaran di antara cemas dan waspada.
... Eh?
Reaksi macam apa itu...?
Aku belum pernah melihat Riko seperti ini.
"Riko?" [Minato]
Riko, yang memperhatikan tatapanku sesaat kemudian, tersentak.
"Ah, eetto! Ya, aku sangat ingat hari-hari itu. ―Tapi, tiba-tiba ibu dan ayah mulai membicarakan masa kecilku. Itu memalukan, jadi aku tak mau membicarakan topik ini lagi." [Riko]
Mungkin karena sangat malu, Riko bilang dia akan membawakan teh lagi dan kabur ke dapur.
Kedua orang tua Riko tersenyum dan saling memandang di layar iPad yang kuletakkan di atas meja.
Mereka pasti berpikir kelakukan putri mereka, Riko, sangatlah imut
Aku sangat memahami perasaan itu.
Lagi pula, pikiran yang memenuhi pikiranku setiap waktu adalah, "Riko itu imut".
"Oh ya, Minato-kun. Aku akan mengirimimu foto Riko saat dia masih TK." [Ayah Riko]
"Eh! Apa itu benar?!" [Minato]
Mendengar ayah mertua menawarkan itu, aku tak bisa menahan diri untuk menerimanya dengan penuh semangat.
Habisnya, ini foto masa kecil Riko, loh?!
Tentu saja aku ingin melihatnya.
------------
Bahkan setelah video call dengan orang tua Riko berakhir, pikiranku masih dipenuhi dengan bayangan Riko sebagai anak kecil.
Informasi yang diberikan oleh orang tua Riko tidak cukup, aku masih ingin tahu lebih banyak lagi tentang Riko.
Ini pertama kalinya aku sangat tertarik pada seseorang.
Seperti inikah rasanya saat kau ingin tahu segalanya tentang orang yang kau suka?
Ah, tapi Riko baru saja mengatakan kalau dia tak ingin membicarakan masa kecilnya...
Saat aku menjatuhkan bahuku, Riko terkikik dengan suara yang lucu.
"Minato-kun, ada yang ingin kamu tanyakan, kan?" [Riko]
"Eh? Bagaimana kau bisa tahu?" [Minato]
"Fufufu~ Minato-kun, kamu sangat mudah ditebak dari wajahmu." [Riko]
"...! Begitu, ya? Aku bahkan tak sadar. Ini cukup memalukan..." [Minato]
"Aku suka sisi Minato-kun yang seperti itu, tahu?" [Riko]
"..." [Minato]
Lagi, dia mengatakan dia menyukaiku dengan mudahnya lagi...!
"Jadi apa yang ingin kamu dengar?" [Riko]
"Ah, itu... Tapi, Riko sepertinya tak ingin membicarakan masa kecilmu lagi." [Minato]
Mata Riko yang besar nan imut macam kelinci, berkedip dua kali.
"Minato-kun, apa kamu ingin tahu tentang masa kecilku?" [Riko]
"I-iya." [Minato]
"Aku senang. Kau tahu? Kalau Minato-kun mau, aku ingin kamu mengetahui segalanya tentangku, loh?!" [Riko]
Dia mengatakan itu sambil menatapku dengan sorotan panas, detak jantungku melonjak seketika.
Aku tahu dia tidak bermaksud yang tidak-tidak, tetapi ketika dia mengatakan, "Aku ingin kamu mengetahui segalanya tentangku.", itu membuatku merasa aneh.
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku dan berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan pikiran jahat dari kepalaku.
Yah, itu tak mudah...
"Etto, kalau begitu bolehkah aku bertanya? Tapi daripada bertanya, aku berharap kau bisa bercerita banyak tentang masa kecilmu, Riko." [Minato]
Riko tersenyum, lalu duduk kembali menghadapku.
Aku mengikuti Riko dan mengubah posisi dudukku.
Jarak kami menjadi jauh lebih dekat daripada saat kami berdampingan, hingga lutut kami hampir bersentuhan.
Namun, bukannya menjauh, Riko malah mencondongkan tubuhnya ke depan dan mulai berbicara.
Aku merasa seolah-olah dia ingin membuktikan keinginannya untuk mengenalkan dirinya kepadaku melalui sikapnya, dan itu membuatku cukup bahagia di dalam hati.
"Aku lahir di New York dan tinggal di sana sampai aku berusia lima tahun. Aku dulu berbicara bahasa Jepang di rumah, tetapi intonasi dan pengucapanku masihlah memiliki aksen asing. Jadi, ketika aku pulang ke Jepang dan mulai masuk taman kanak-kanak, aku diejek, 'Riko-chan, cara bicaramu sangat aneh!'...... Setelah itu, aku jadi takut untuk berbicara, dan juga dari awal aku memanglah seorang yang pemalu." [Riko]
Meskipun itu merupakan interaksi antara anak kecil, itu pasti menjadi peristiwa yang traumatis.
"Sejak itu, aku tak bisa berbicara sepatah kata pun di depan orang lain selain keluargaku... Itu sebabnya, aku tak punya teman." [Riko]
"Begitu, ya..." [Minato]
"Ah, tapi! ... Karena itu juga, aku bertemu dengan orang yang ditakdirkan." [Riko]
"Ditakdirkan?" [Minato]
"Iya... Aku yang sendirian bertemu dengan anak laki-laki istimewa... Dia menyelamatkanku dengan kata-katanya yang sangat baik... Dan juga, anak itu adalah cinta pertamaku." [Riko]
Cinta pertama Riko.
Aku tahu itu saat taman kanak-kanak, tetapi dadaku tetaplah sakit.
Namun, jika aku tak memperbaiki sikapku dan membalas kata-katanya, aku akan terlihat mencurigakan.
"Ah, kurasa cinta pertamaku juga di taman kanak-kanak saat itu!" [Minato]
Ketika aku putus asa dan membuat komentar hambar, entah kenapa Riko menatapku.
A-apa...?!!
Saat Riko menatapku dalam diam seperti ini, aku tak tahu harus berbuat apa.
Setengah panik, aku mengalihkan pandanganku dengan cemas.
Karena itu, aku tak sadar kalau kemudian Riko menundukkan wajahnya seolah-olah dia kecewa.
"... Sudah kuduga, kamu tak ingat..." [Riko]
"...? Aku tak ingat...?" [Minato]
―Dan kemudian.
Terdengar suara pemberitahuan pesan masuk dari smartphone milikku yang kutaruh di sampingku.
Bunyi bip, bip, bip terus berlanjut tanpa jeda.
Apa itu?
Karena menyela pecakapanku dengannya, aku meminta maaf pada Riko dan membuka aplikasi pesan.
Ada banyak foto yang dikirim kepadaku dari ayah mertua.
Oh, iya.
Foto masa kecil Riko yang kami bicarakan tadi!
Dia mengirimkan itu padaku.
"Riko, sebenarnya, saat Riko pergi ke dapur sebentar―" [Minato]
Tepat saat aku mengatakan itu, sebuah foto terbaru muncul di smartphoneku.
...... Eh?
Mataku terbelalak melihat pemandangan yang luar biasa.
Habisnya, itu... bagaimana mungkin....
Di dalam foto itu terdapat seorang gadis dan seorang anak laki-laki berseragam taman kanak-kanak yang sedang bermain pasir.
Mereka berdua duduk di kotak pasir dan terlihat sangat bahagia, mereka bahkan tak sadar bahwa ada kamera yang sedang diarahkan ke mereka.
Aku menduga bahwa gadis itu adalah Riko, terlihat dari wajahnya.
Dia memiliki rambut panjang yang di ikat twintails, dan tentu saja dia masih sangat muda, apalagi saat itu juga, dia telah menjadi gadis yang sangat cantik.
Tapi sekarang, aku tak punya cukup waktu untuk melihat sosok Riko lebih lama lagi.
Itu karena, masalahnya adalah anak laki-laki yang sedang bermain dengan Riko.
Hanya melihatnya sekilas, aku tahu siapa anak itu.
Tak peduli mau berapa tahun telah berlalu, tak mungkin aku salah.
Karena anak laki-laki yang ada di foto itu adalah aku...
0 Komentar