Tsukushitagarina Uchi no Yome Nitsuite Dere temoiika? (Web Novel) - Bahasa Indonesia - Chapter 52
Chapter 52 - Karena kencan, istriku ingin selalu menempel padaku
Penerjemah :
Katanya lebih baik membuat kejutan saat kencan, karena itu aku belum bilang pada Riko kemana kami akan pergi.
Soal tempat tujuan yang kupilih, aku sudah berkonsultasi dengan Asakura dan dia bilang tempat itu aman-aman saja, jadi seharusnya aku tak perlu khawatir lagi...
Rute tujuan sudah aku cek lebih dari 100 kali dan itu semua sudah tertanam jelas di otakku.
Aku bilang pada Riko bahwa tempat tujuan kami adalah rahasia sampai kami tiba.
Lalu Riko menjawab, "Uwaa, luar biasa! Aku sangat senang!", dan menepuk tangannya dengan bahagia.
Tingkah lakunya sangatlah menggemaskan hingga akulah yang serasa menerima kejutan.
Ketika kami keluar rumah, langit terlihat biru cerah.
Menandakan musim hujan mungkin telah berakhir.
Cuaca mendukungku, kuharap ini akan berhasil.
Aku membawa Riko ke stasiun Ofuna dan menaiki kereta yang tiba sesuai jadwal.
Hari Minggu, penumpang kereta lebih sedikit dibandingkan hari-hari kerja, tetapi tetap saja sulit untuk mendapatkan kursi.
Namun untungnya, satu penumpang di depanku turun di stasiun berikutnya dan menyisakan satu kursi kosong.
"Riko, duduklah." [Minato]
"Aku tak apa, Minato-kun saja." [Riko]
"Eh?! Tidak, tidak, Riko saja!" [Minato]
Riko menggelengkan kepalanya dengan wajah keberatan.
Di majalah bilang untuk memperhatikan pasangan dan sebisa mungkin untuk tak membiarkannya lelah, tetapi yang terjadi ini di luar prediksiku, jadi aku mulai gugup.
Sial. Apa yang harus kuperbuat dalam situasi seperti ini?
Riko mulai berniat bangun dari kursi tanpa menunggu jawabanku.
Apapun itu, yang terpenting aku harus meyakinkannya.
Pokoknya, aku harus memprioritaskan Riko dan tak boleh membiarkan dirinya lelah...!
"Aku lagi ingin berdiri, jadi Riko tak usah khawatir, duduk saja!" [Minato]
"Kamu lagi ingin berdiri?" [Riko]
Setelah berkedip sebentar, Riko meletakkan tangannya di mulutnya dan tertawa kecil.
"Fuhuhu. Kamu sedang mencoba memberiku tempat duduk, ya?" [Riko]
Aaahhh...
Niatku dengan mudah diketahui.
Karena sudah ketahuan, dia pasti akan merasa tak enak lalu menahan diri.
Dan benar saja, Riko langsung mengatakan ini.
"Nee, Minato-kun... Seberapa jauh tujuannya?" [Riko]
"Eetto...... sekitar 30 menit, mungkin." [Minato]
"Kalau begitu, bagaimana kalau setelah setengah jalan kita gantian?" [Riko]
"Tidak, itu tak bagus..." [Minato]
"Eh?" [Riko]
Kurasa Riko merasa khawatir karena aku berdiri tepat di depannya.
"Aku bisa bersandar di belakang sana. Riko duduk saja di sini." [Minato]
Aku menahan bahu Riko dan memaksanya untuk duduk.
Wajah Riko memerah, dia menatapku sambil berkata, "Ini tidak adil."
"Aku akan memanggilmu nanti saat kita mau sampai." [Minato]
"...! Minato-kun...!" [Riko]
Riko berteriak tergesa-gesa, namun dengan perasaan berat aku meninggalkannya.
Kalau begini, mata kami tak akan bertemu jadi Riko takkan merasa risau lagi.
Hari ini Riko terlihat lebih imut dari biasanya hingga aku sungguh ingin terus melihatnya.
Tapi aku telah memutuskan untuk memprioritaskan Riko di atas keegoisanku sendiri.
Sambil menatap iklan membosankan di dalam kereta, aku mereview ulang semua rencana kencan yang butuh berhari-hari untuk kuingat di dalam kepalaku.
Hingga beberapa saat kemudian, kereta berhenti.
Orang-orang turun dan naik bergantian.
Ketika semua sudah tenang, pintu kereta pun tertutup, namun―
"Minato-kun."
Terdengar suara lembut yang familiar di telingaku, aku berbalik dan terkejut melihat Riko yang ternyata berdiri di belakangku dengan wajah cemberut.
Kulihat ke arah kursi tempat Riko duduk tadi, ada seorang wanita yang memegang koper besar sedang duduk di sana.
"Kau menyerahkan kursimu?" [Minato]
"Iya. Habisnya aku ingin bersama Minato-kun, tahu? Mo~, kamu jahat meninggalkanku sendiri." [Riko]
"Ma-maaf..." [Minato]
Aku refleks meminta maaf, dan Riko langsung tersenyum.
"Oke, ini kan kencan, jadi ayo tetap bersama." [Riko]
"Eh? Uwaa?!!" [Minato]
Riko meraih tangan kananku lalu menguncinya dengan kedua tangannya.
A,aaaaapa, apa-apaan makhluk imut ini...!
"Aku sedih jika berpisah selama 30 menit dari Minato-kun, tahu?" [Riko]
"Be, begitukah?" [Minato]
"Sepertinya aku terlalu terbawa suasana karena ini adalah kencan. Kurasa itulah kenapa aku jadi lebih egois dari biasanya...... Apa kamu tak suka aku terlalu menempel seperti ini, Minato-kun? Mungkinkah, karena di dalam kereta, kamu jadi terganggu...? Kalau Minato-kun tak suka, aku sedih, tapi aku bisa kok menahan dir―" [Riko]
"Tidak mungkin! Tidak mungkin aku tak suka...!" [Minato]
"Sungguh? Kamu tidak menahan diri, kan?" [Riko]
"Tidak, lah! Sungguh!" [Minato]
"Begitu, ya... Syukurlah..." [Riko]
Sambil menempel erat padaku, Riko menyipitkan matanya dengan gembira.
Jarak kami lebih dekat daripada saat kami berpegangan tangan di kereta minggu lalu, jadi jantungku berdegub sangat kencang.
Tentu saja, minggu lalu jantungku juga berdegub kencang, tapi di dalam kereta yang penuh sesak, itu membuatku bahagia dan kali ini rasa bahagiaku lebih dari itu.
Gawat.......
Aku terlalu senang untuk berpikir...
Apa tak apa-apa berdekatan seperti ini di kereta...?!!
Tidak, kurasa hanya menempel seperti ini boleh...
Maaf... maaf... ah, aku terlalu senang hingga otakku terasa meleleh...!
Butuh tiga stasiun untuk membuat diriku tenang kembali setelah mabuk dalam kebahagiaan.
.jpg)
0 Komentar